Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Amplop lebaran

Diperbarui: 24 Juni 2017   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amplop lebaran (drama)

Oleh : al-sayyid jumianto

Waktu trelah menelan kita tak terasa yang muda jadi tua benar adanya seperti ramafahan ini esok kan berlalu walau sedih ditinggalkan dan hari seakan hampa.

Alasan penyesalan umir diambang tua aku yakin ujian dan nikmat seakan harus dilalui dan disyukuri dengan tabah.

"Masih ingat kala muda berputar ujung rumah kerumah bukan silahturahmi saja, atau makanan enak tetangga juga amplop dengan uang ala kadarnya?" Tanyaku pada mas Bejo.

"Nggih mas guru, ya aku masih ingat itu" sambil derai tawanya renyah.

Kami bercengkerama sore jelang matahari terakhir dibulan ramadhan ini, apakah harus, apakah.berlalu tanpa asa rasa hikmahnya dan apakah kita nanti berjumpa lagi dengan bulan ramadhan ini?

Pertanyaan yang akan terjawab tahun depan,

"Kemarin mas Broto sudah pulang" kataku

"Besok pasti gantian duantara kita mas guru" sendu mas Bejo padaku.

"Pengennya panjang umur aku mas bejo"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline