Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Lelaki Pembawa Pelangi (Cinta) 2

Diperbarui: 3 Agustus 2016   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sayid paint

Cerita yang kemarin :http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/lelaki-pembawa-pelangi-cinta_57a00d04579373200b0c4bbb

Bab 2.Lelaki tidak perlente yang berkantong tipisBayangan adik itu mau ku hapus dengan indah tetapi aku tetap yakin hanya persahabatan saja yang abadi di dunia ini, cinta akan tergerus oleh harta, kekuasaan dan kekerabatan yang akan melunturkan cinta ini, kata orang jawa tiga ta, harta , tahta, wanita untuk lelaki tampaknya juga ada tiga untuk wanita harta, tahta, dan lelaki yang ganteng benar adanya, aku merenung tiap pagi sebelum mengajar aku sempatkan untuk ngopi atau negeteh di angkringan depan sekolahanku ini, tetapi pagi ini aku jadi terbelalak bukan karena kecantikan atau badan aduhai cewek tetapi inilah kehidupan nyata yang membuat aku berpikir keras beginilah hidup contoh nyata di dunia nyata membuat aku terbelalak!

Pagi ini ada Lelaki  itu turun dari sebuah mobil dengan model terkini, ada wanita cantik yang mengendarainya didalam mobil car city itu ada  pria necis yang turun dari dalamnya dan disambut cium tangan oleh wanita yang mengendarai mobil itu.

“selamat bekerja mas”

“ya”jawabnya lirih

Mobil itu berlalu menjauh dari  pandanganku aku sengaja memandangnya betapa bahagia dia dengannya istri cantik dan mempunyai mobil terbaru aku merasa iri dalam hati, diangkringan sebelum masuk kerja ini pak Mo yang selalu melayani aku memandangku yang keheranan ini.

Lelaki itu duduk disebelahku dan pak Mo yang biasa melayaniku juga melayaninya dengan senyum yang gembira, aku jadi tidak enak ketika lelaki itu mengeluarkan baju kaos sederhana dari rangsel hitamnya dan aku tidak enak karena pagi ini hanya kami bertiga belum banyak orang datang di angkringan ini.

“sugeng enjang mas, selamat pagi “ kata pak Mo padanya

“biasalah romo, pagi juga” mereka bersalaman dan aku dilihat lelaki itu yang masih keheranan, karena mengapa baju necisnya dig anti kaos lusuh dari tas rangsel yang bagus itu.

“mongo lho mas kopiny di minum” dia basa-basi terhadapku

“ma situ mas guru, kelihatanya terheran-heran pada mas”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline