Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Pathok Bandara 41, Sebuah Novel

Diperbarui: 13 April 2016   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption]

 

Cerita yang kemarin :http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-40-sebuah-novel_570d178121afbd7316b848c7

Telah kuduga romo mantan lurah ini sedang ada misi untuk membujuk hati kami, tetap aku tetap  menghormatinya  apalahi beliau hampri tiga kali menjabat lurah didesa kami dan teman baik almarhum bapak di desa ini desa Batas beliulah yang kami hargai dan tuakan dan paham soal'politik desa"  asalanya ya mencari ikan tetapi tidak keruh airnya, benar saja , tetapi bealjar dari pengalaman gumuk pasir emas di pesisir kidul tampaknya melek politik dan melek pemahaman  harga dirilah yang membuat bangkit dan melawanya.

 Bangkit

sejak  janji kamu belum pernah tepati

sejak semua di jual kepada "investor"

bukan hanya tanah, ladang, sawah kami

kamu juga mau menjual hati kamii

ataukah nurani kami

tidakbisa!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline