Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Pathok Bandara 40, Sebuah Novel

Diperbarui: 12 April 2016   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja.paint"][/caption]

Cerita yang kemarin :  http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-39-sebuah-novel_56fa3d8484afbdda0d489fa3

Romo mantan lurah,  lik Legiman dan simbok seakan melupakan bahwa tanah yang hilang seakan tidak bisa kembali lagi dianggap lumraholeh pemborong tanah, sukong entah calo aku tidak hiraukan

"nanti berhadapan dengan hukum nduk"

"kasusnya pa?"

"menghalangi pembangunan"

"ini kebebasan berpendapat" aku semakin agak ngeyel dengan romo mantan lurah ini

"pasrah saja nduk, konseksweni berat"

"nggih romo" jawabku singkat

"kamu seprti bapakmu dulu nduk kata  romo mantan

"alhamdulilah  tetapi dalam kepasrahan ingin aku seprti patung  proliman kota Batas ini romo"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline