[caption caption="alsayidja.paint"][/caption] ini cerita yang kemarin : http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-34_56e92444c623bd17300bf353
Benar kat simbok seperti lautan yang diselatan desa kami, laut pantai pucuk tebu dan pelabuhan baru tanjung negara besar adalah kenyataan yang tidak bisa aku sembunyikan sebagi bahan "lari" sebagaian pernah aku susuri dengan kaki ini.
Akankah semilir lautan ini akan berganti dengan seru dan deru kendaraan, transportasi yang mulai riuh dan menghilangakn alur semilir angin di pedesaan kami, apakah rindu hijau in iakan hilang dengansenyum penuhamarah disetiap sudut desa-desa kami adalah kenyataan yang didepan mata.
Anginmu akan hilang
tergantikan deru mesin
sawahmu juga akan hilang tergantikan apartemen dan gedung penuh jualan
deretan toko yang membuat wajah desa menajdi kota
tidak ada senyum ketulusan lagi
diantara senyum yang hilang dalam gelapnya birokrasi dan manajemen uang
terbeli hati dan nuranimu
Tidak semua yang menentang adalah tidak mau ada kemajuan, tetapi sebaiknya apakah manut grubyuk juga baik untuk semua tanpa koreksi dan pertimbangan demi dan demi kemajuandan investor nampaknay sudah dilakukan yang namanya "pemaksaan"halus terhadap warga desa kami yang kena langsung maupun tidak kena langsung, ya terdampak mega proyek ini.