Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Pathok Bandara, Sebuah Novel 33

Diperbarui: 13 Maret 2016   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayidja"][/caption]Tidak tahu tentang gerhana yangmelintas bumi ini dan tentang usaha kami  mempertahankan hidup ini dan aku juga harus tetap konsen dengan tugasku mengajar nampaknya membuat segala agaknya kan lebih banyak "kerjaan" dalam diriku ini.  Malam senin ini ada yang membuatku gundah dari rumah  tetangga sebelah desa sudah sms aku mas Paimo mengDaku"mba siap-siap  saja semua yang amau dan tidak mau mendukung mega proyek ini tetap di gusur" deg darah serasa tidakemngali,  bagimana aku harus bersikap dan bagaimana aku harus menjelaskan dengan simbok dan paklik serta bulik yang akrab dan mengusahakan tanah warisan kami?

Kepalaku serasa berdenyar hebat ingin memuntahkan rasa dan kata-kata yang  sungguh tidakbisa kaugambarkan: pemaksaan ! dan mengabaikan pendapat rakyat!, padahal kau tahau inilah penguasa baru dan inilah partai yangdulu serta merta suka membuat danmenjual"rakayat bawah harus diperjuangkan!" sekarang terbalik setelah ebrkuasa aku baru tahu, sama dnegan yang kemarin berkuasa juga akhirnya UUD (ujung-ujungnya uang), benar adanya!

 

Berani!

 

sumpah aku belum tahu maksud mereka

yang menghargai uang

menjual harga diri

 

dan  saudara sendiri

dimakan bangkai-bangkai

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline