Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Pathok Bandara, sebuah novel 32

Diperbarui: 11 Maret 2016   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="alsayid ja.paint"][/caption]

http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/pathok-bandara-sebuah-novel-31_56e0498dbd22bda623a161f9

 

Belum juga kering baju ini hujan sore ini semakin deras, gerimis seakan menumpah di kota Batas, desa Pembagian kami basah kuyub oleh hujan kali ini tidak tahu, siang panas, malam hujan, sore panas  pagi hujan. Sebagaian orang tidak ikhlas bila hujan datang tetapi kami para petani dan penggarap ladang dan sawah seakan berharap hujan akan kembali deras untuk membasahi calon-clon tanaman yang kami harapkan tumbuh untuk memenuhi niat dan harapan hidup kami.

Sore yang aneh, dan bukan aneh karena sore ini benar-benar aneh hujan seakan tertumpah dari langit dan membuat  baju-baju yang aku cuci seakan kembali  ke ember-ember  dan masih basah karena hujan tiba-tiba semakin deras.

"ayo diambil tuh jemurannya" akta simbok padaku

"Nggih "

"kamu tahu ini musim yang aneh nduk setelah gerhana matahari, hujan sehari, panas sehari  nampaknya sebagai ujian maret ini"

"tetapi mbok ini aneh ya?"

"apa benar pranata mongso  sudah tidak dipakai nduk"

"apa itu ?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline