Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

[HUT RTC] Bukan Kehendak Kami

Diperbarui: 2 Maret 2016   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

MINGGU PERTAMA TERINSPIRASI PUISI( KARYA INI TERINSPIRASI DARI  SEPENGGAL PUISI WIJI TUKUL)

 

…..suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan , dituduh subversive dan menggangu keamanan, maka hanya satu kata : Lawan ! Wiji Tukul  *

Rakyat sudah lama jenuh dengan janji-janji presiden petruk dalam keadaan lapar masih di bebani mega proyekmu kolaborsi  BUMNmu dan Konglemarat swasta yang tidak berhati nurani lagi.

“pokoknya  tidak usah menyerah apa yang mereka katakana kita tidak boleh kalah bukankah kita masih berkeinginan kembalikan tanah, sawah dan lading kita yang kena rencana mega proyek bandara ini? berapi-api mba Nur,  seorang  guru di kota Batas membakar para hadirin di pendapa depan rumahnya yang juga akan terkena imbas mega proyek ini, proyek bandara internasional.

Semua setuju dalam keluh dan lapar mempertahankan sebidang tanah dan ladang yang juga tanah tumpah darah mereka.

Pagi yang indah membuat khalayak terhenyak  Mba Nur di tangkap karena membuat kegaduhan, menghasut rang banyak untuk melawan presiden petruk, mba Nur di gelandang ke kantor polisi dan semua menjadi sepi kembali, menyerah kalah oleh kesempatan dan uang yang membuat buta dan tuli sebagian dan membuat iman  hilang sedikit demi sedikit.

Hanya selingkuhnya penguasa dan pengusaha yang punya hati nurani kin terbukti nyata! benar! adanya terbukti bahwa uang adalah”yang dipertuhankan” oleh mereka.

*Dalam buku Kematian misterius para pembaharu Indonesia (orang-orang cerdas yang mati ditangan bangsa sendiri penerbit pinus)

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline