Kecipuhan dan hatinya tidak enak, karena sebagai presiden sebetulnya, harus melepaskan atribut lainya, sebagai pengusaha mebel, sebagai kader terbaik partai dan melepaskan segala jabatan yang pernah di pegangnya, presiden Petruk agak goreh hatinya.
Semua dinding-dinding istana dan semau foto mantan presiden seakan mengingatkanya akan satu yang ternyat selalu "dilanggar" oleh para presiden yang memangku jabatan di NKRM, Negeri doyong Mangulon ini, yakni kata "jangan merangkap jabatan" apalagi bila sudah menjadi orang nomer satu, di negeri doyong mangulon ini, dia tertegun di depan kaca menggunakan baju batiknya yang sedikit kedodoran dari daerah asalnya yang terkenal akan batiknya.
Baju batik yang halus dan setrikaan itu di paskan dengan celana panjang hitam yang memadu padankan sebuah kenyataan, wibawa presiden, sebahai slah satu kader kepala kerbau merah, akan membuka rakernas partai yang membuatnya sebagai kader terbaik untuk memeluk dan memangku jabatan sebagi presiden di NKRM ini.
Istrinya sudah mempersiapkan batik yang warnanya coklat dan tidak mewakili partainya sebagai presiden yang berwibawa dalam membuka membuka rakernas itu.
"bias abu nanti acaranya ya pidato, pukul gong(bende) dan potong tumpeng' katany bapak kepada istrinya
"ya pak, ini juga sudah saya siapkan semuanya ' kata istrinya
"okelah," lalu dipakainya dengan sedikit wibawa , batik membuatnya tampak bisa disegani sebagi kader terbaik yang memangku orang nomor satu diNKRM ini.
dan sebelum berangkat ke arena rakernas maka di panggilah ajudannya, mas gareng dan mas bagong
"aku mau membuka rakernas hari ini" katanya di hadapan mereka berdua
"ok juga pak," jawab bagong
"yang rakernas partai bapak juga to?" kata mas gareng