Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Sukses Pilkada Serentak, Walau Dibayangi Catut

Diperbarui: 9 Desember 2015   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

catut mencatut mencatut catut catutcatutan

mengapa harusada catut???

Terlebih dahulu saya memberikan selamat untuk yang menang ( walau lewat hitungan cepat) dan bagi yang kalah jangan putus asa masih banyak jalan pengabdian untuk nusa dan bangsa ini.  Saya sebagai warga Bantul daerah Istimewa Yogyakarta juga sangat senang karena pilkada tahun ini sejak reformasi 1998  yakni 17 tahun yang lalu inilah pilakda yang"silir" dan tidak menakutkan dan bahkan bisa membuat senyum rakyat Bantul khususnya dan rakyat NKRI pada umumnya.

Seperti sejarah yang lalu selalu berulang setiap tahun dan periode"kebebasan" sejak 17 tahun yang lalu nampaknya inilah momentum yang sangat bagus bagi NKRI, mengapa? sebab kebaikan dan kondusifnya politik akan mempengaruhi kebijakan dan pembangunan negeri ini, khususnya daerah yang punya pemimpin baru dan inilah kestabilan politik(minjam sitilah dari romo Soeharto) seakan sirna sejak reformasi ini coba di rangkum dalam pilkada serentak adalah wujud nyata, bagaimana seperti gadi muda yang sedang menarik, scantik dan badannya proposional maka inilah pilkada serentak"sebagai barometer dan tink tank" adalah kenyataan berjalan "baik dan menurut role yang ada "ada benarnya.

Menepis kekawatiran sebagai salah anak bangsa inilah pilakda "serentak" yang menurut saya bagus , walau pada momen ini saya sangat miris bukankah kita takut "rusuh" kerusuhan" tetapi maslah bangsa ini seakan masih "ada ganjalan" pertarungab legislatif dan eksekutif dan di tarik ulurnya yudikatif seakan menasbihkan bahwa bangsa ini masih "belajar" seakan gadis cantik yang baru belajar "supaya cantik"adalah kenyataan.

Kita patut bersyukur tentang "gaya politik merah"( sebagai partai pemenang pemilu seakan masih kedodoran merangkul dan menepikan sak wasangka antar elit tampaknya presiden belum bisa dan inilah 'upaya pemecahan "komunikasi politik yang "ternyata mencari koraban" inilah gaya politik pemerintahan saat ini adalah kenyataan harus dirubah,sepertinya momentum pilkada serentak ini harus juga sebagai bahan pemetaan untuk kebijakan yang ada ( koreksi) dan kebijakan yang akan datang adalah berbasis "politik serentak" adalah ide yang bagus , walau sebenarnya "gaya tikung menikung" masih dijalankan para pembantu presiden adalah kenyataan tetapi cobalah belajar dari pilkada serentak ini, dan coba remlah" cakar-cakaran di atas sana , sangat berpengaruh di bawah adalahkenyaataan

Bila atas panas maka bawah juga panas , tetapi pilkada serentak ini seakan mendinginkan karena arifnya "pembuat rencana" serentak ini membuat pilkada juga "adem dan ayem adalhkenayataan yang ada" patut dijempoli empat jari walau masih kedodoran logistik dan penundaan dibeberapa tempat, juga disini juga peran media massa adalah kenyataan membuat adem , walau temuan yang real( politik uang, intimidasi dan lain-lain) adalah kenyataan yang masih ada dan tidak usah ditutupi adalahkenyaataan apa adanya.

Namun sayang sukses "pilkada serentak ini" seakan tiada arti dan gaungnya senyap akrena masih ada fitnah dan saling tikung diatas sana "catut"  mencatut...mengapa masih menjadi bola liar dan inilah momen untuk memperbaiki komuikasi politik didalam pemerintahan saat ini, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dan dpd saling padu untuk  slaing berkomunikasi yang lebih baik, supaya tidak gaduh dan tidak slaing curiga mencurigai lagi ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline