Lihat ke Halaman Asli

Sayyid Jumianto

Menjadi orang biasa yang menulis

Revolusi Mental-Wajib Militer=(Bela Negara?)(2)

Diperbarui: 24 Oktober 2015   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yang Muda Yang Harus di ajak...

Matematika Politik Jokowi dan menhan nampaknya tidak bisa melihat realita di rumah-rumah dan sudut-sudut kota banyak generasi muda generasi yang emas 2045 kelak nampaknya sudah waktunya untuk dapat unjuk muka dan kerja.

Bukan dan harus bisa membedakan cara pandang generasi"kaya" dan generasi miskin, nampaknya sekarnag rangkulah generasi muda sekarang, Presiden Jokowi nampaknya mempunyai ide besar"mengembalikan" kejayaan dna nilai bangsa NKRI ini bagus tetapi mengapa harus dengan wacana Wamil dan BElneg yang cenderung ke"militer-militeran" nampaknya entah mengapa generasi muda dan emas ini kahirnya "lari " tidak usah cinta tanah air lha wong sudah kaya ( bagi yang kaya dan dapat meraoih kesempatan pendidikan yang baik) dna tidak usah membela negara lha kita miskin inilah jawaban mengapa generasi muda kita dan generasi "pengisi kemerdekaan " ini cuek, dan tidak ngagas lagi apa itu cinta tanah air dan bela negara yang ada dan di kemukakan adlah generasi yang "instan" dalam segala lini dan inilah enaknya generasi sekarang, manja...

entah mengapa Pemerintah tidak membuat program Bela rasa ( bela yang miskin) untuk gumregah membuat pekerjaan sendiri dan bela perut nya yang kosong karena kerja tidak bisa dan kena PHK? inilah sikap yang perlu di pikir oleh sang punya kebijkan

Ide penulsi mengapa kita tidak wajib wirasusaha saja dan bela perut danlam kontek ( emmbuat pekerjaan) saja?

Ironisnya sekarnag nampaknya dijalan masih tersedia mungkin  sama disetiap daerah banyak pengangguran yang "mikirnya cuma bela perut saja" tdiak bisa sebaliknya bila berusaha kecil pinggir jalan buru-bru banyak kebijakan kota yang membuat mereka di bersihkan, ngelek-negeleki kota.

Dan inilah yang saya harpakan dari pusat sampai daerah tidak sama kebijakannya tetapi biela di paksakan belneg dan wamil adlah suatu hal yang ibarat" nguyahi segoro" memberi garam pada lautan, dan inilah kebijakan yang sebenarnya sudah di doktrinkan pada era soeharto dan hasilnya apa? 

Pajabat Yang KKN dan pengusaha yang "pelit" dan banyak yang tidak punya rasa  empati dan sebaginya, inilah Wamil dan belneg yang gagal ( era soeharto) apakah akan ditiru oleh era J oko widodo ? semoga tidak

Mungkinkah bila anggaran Belneg dan wamil itu di berikan pada pemuda miskin yang bisa membuat hati mereka para apemuda yang kena wamil dan belneg ceria kembalai untuk"modal" wirausaha??

ikuti tulisan berikutnya besok...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline