Lihat ke Halaman Asli

Alrid Ramadhan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030071 UIN Sunan kalijaga

Melawan Burnout: Menyingkirkan Kelelahan Emosional dan Menemukan Keseimbangan Hidup

Diperbarui: 22 Maret 2024   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber gambar: osc.medcom.id

Apakah Anda merasa kelelahan secara fisik dan mental, kehilangan motivasi, atau merasa tidak produktif dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari? Jika iya, Anda mungkin mengalami burnout. Burnout adalah kondisi yang disebabkan oleh stres kronis yang berkepanjangan, terutama dalam konteks pekerjaan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang apa itu burnout, penyebabnya, dan strategi yang dapat membantu Anda mengatasi dan mencegahnya.

Apa itu Burnout?

Burnout adalah kondisi fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres kronis yang berkepanjangan. Istilah "burnout" pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Herbert Freudenberger pada tahun 1974.

Burnout biasanya terjadi pada individu yang bekerja dalam situasi yang sangat menuntut secara emosional atau fisik, seperti pekerja kesehatan, guru, atau profesional yang bekerja dengan tekanan tinggi.

Sejarah burnout dimulai dengan penelitian Herbert Freudenberger pada tahun 1970-an. Ia mengamati bahwa banyak pekerja di bidang kesehatan mental dan sosial mengalami kelelahan kronis dan kehilangan minat terhadap pekerjaan mereka.

Freudenberger menyebut kondisi ini sebagai "burnout" dan menggambarkannya sebagai perasaan kelelahan yang dalam, kehilangan motivasi, dan ketidakmampuan untuk mengatasi tuntutan pekerjaan.

Sejak itu, definisi dan pemahaman tentang burnout telah berkembang. Pada tahun 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui burnout sebagai kondisi yang terkait dengan pekerjaan dan mencakup tiga dimensi utama: kelelahan yang terkait dengan pekerjaan, sikap yang negatif terhadap pekerjaan, dan penurunan produktivitas.

 sumber gambar: usz.ch

Penyebab Burnout

1. Beban kerja yang berlebihan: Jika Anda terus-menerus bekerja dalam kondisi yang penuh tekanan dan memiliki tuntutan kerja yang tinggi, Anda berisiko mengalami burnout.

2. Kurangnya dukungan sosial: Kurangnya dukungan dari rekan kerja, atasan, atau keluarga dapat membuat Anda merasa terisolasi dan meningkatkan risiko burnout.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline