Lihat ke Halaman Asli

Keindahan yang Hakiki

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukanlah hal yang asing

Kala suatu pemahaman menjadi perdebatan berkepanjangan

Rupanya semeraut gejolak keimanan kian berserakan, Ya...

Kita tetap pada satu tujuan... tauhid Islam

Gema adzan berkumandang

Bagaikan untaian kalung tasbih yang merekah

Begitu indah…

Paripurna penyempurna lembaran keimanan

Dan sungguh…

Jalan kenistaan itu merupakan kedzaliman yang amat besar

Janganlah berkecil hati

Saat terombang–ambing dalam arus ketakwaan

Atau kala terdampar di samudera keimanan

Sebab sederet rindu menanti di pintu surga

Betapa kau kan bahagia, wahai anak Adam

Sang Bidadari nan cantik memesona itu kan tersenyum manja menyapamu

Seruling merdu dari surga

Menggelakkan tawanya Surga yang indah

Bernyanyi besama nada–nada cinta

Teramat indah...

Tak mampu tertulis oleh sebuah tinta

Terurai manis...

Tak sanggup terucap oeh kata–kata

Terkelupas  lembut…

Tak pernah menorehkan luka

Itulah hakikat keindahan yang hakiki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline