Lihat ke Halaman Asli

Alqadr Ramadhan Arizal

Mahasiswa Universitas Airlangga

Konsep Gender dan Kesehatan Mental

Diperbarui: 4 Juni 2022   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada beberapa tahun terakhir ini perkembangan media sosial berkembang dengan pesat. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya pengguna media sosial di dukung dengan perkembangan teknologi yang mumpuni. Pada abad ke-21 ini sudah tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memiliki media sosial. 

Menurut Bangkit Ary Pratama & Defie Septiana Sari mengutip dari Riyanti media sosial merupakan platform yang mewadahi pengguna dengan menfasilitasinya dalam berbagai aktifitas. 

Menurut Bangkit Ary Pratama & Defie Septiana Sari mengutip dari Soliha kebutuhan bersosialisasi, berkomunikasi, mencari informasi, dan keperluan hiburan dapat terpenuhi berkat adanya media sosial. Menurut Dewi Purnama Sari setiap individu dapat menjalin pertemanan dengan orang di belahan dunia hanya dengan menggunakan media sosial. 

Perkembangan tersebut menunjukkan betapa bebasnya penggunaan media sosial. Kebebasan berekspresi dalam menunjukkan identitas, kebudayaan, dan kebangsaan juga merupakan salah satu contoh bebasnya dalam bermedia sosial. 

Proses pencarian identitas inilah yang sering dialami oleh remaja dengan mengembangkan diri melalui diri sendiri dan lingkungan. Masa remaja ini merupakan periode yang perubahan baik di psikologis maupun fisiologis yang signifikan karena menyesuaikan dengan kebutuhan, keterampilan, dan tanggung jawab yang ada. 

Masa remaja dipenuhi dengan hal yang tidak pasti karena ini merupakan masa dimana mereka mencari jati dirinya. Masa yang paling memberatkan mereka ini sering membuat beberapa kekeliruan dalam pandangan masyarakat. Remaja yang bebas menunjukkan identitas dan ekspresinya di media sosial sering mendapat cemooh. Hal ini merupakan salah satu dampak negatif dalam bermedia sosial. 

Dampak negatif ini kerap membuat orang mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan body image. Salah satu tindakan yang merupakan contoh dari dampak negatif media sosial adalah Cyber Bullying. Menurut Fifyn Srimulya Ningrum & Zaujatul Amna mengutip dari Patchin & Hinduja tindakan menyakiti orang dengan mengirim pesan hinaan di media sosial merupakan definisi dari Cyber Bullying. 

Cyber Bullying ini kerap terjadi karena remaja yang kerap menunjukkan identitasnya di media sosial. Identitas yang kerap ditunjukkan remaja ialah identitas mengenai gender mereka. Mudahnya akses internet memberikan pandangan baru kepada mereka sehingga pemahaman yang dimiliki juga berbeda. Pahamnya mereka mengenai bergender adalah pilihan individu membuat mereka melakukan hal serupa di media sosial. 

Tidak jarang jika menemukan beberapa remaja dengan penyimpangan gender di media sosial. Pandangan masyarakat tentang penyimpangan gender inilah yang memicu terjadinya Cyber Bullying. 

Masyarakat yang sudah merekontruksi pemikiran tentang gender ini menjadi stereotip dalam kehidupan. Awalnya masyarakat sudah menetepakan segalanya sesuai dengan kategori gender baik dari keluarga maupun lingkungan, bahkan dipengaruhi oleh dominasi seperti indoktrinasi. 

Setiap individu yang memiliki keunikan tersendiri dituntut untuk bertindak sesuai dengan gender dikarenakan indoktrinasi ini. Oleh karena tuntutan tersebut yang membuat remaja mengekspresikan dirinya di media sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline