Anda tentu sering mendengar larangan untuk tidak tidur di lantai. Alasannya, keseringan tidur di lantai bisa terkena paru-paru basah. Benarkah demikian?
Istilah paru-paru basah dikaitkan dengan kebiasaan mandi malam hari, tidur di tempat dingin, berkendara motor di malam hari atau dihubungkan dengan kipas angin. Sebetulnya tidak ada kaitan secara langsung.
Menurut Spesialis Penyakit Dalam dan Spesialis Paru, Dr. M. Harun Iskandar tidak ada kaitan langsung antara paru-paru basah dan larangan tersebut. "tidur di lantai tanpa alas atau kebiasaan mandi di malam hari, sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan penyakit paru-paru basah. Semua itu tergantung dari daya tahan tubuh seseorang," kata dr. Harun Iskandar, dari RS. Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Makassar.
Paru-paru basah, kata Harun, sebenarnya tidak dikenal dalam dunia medis. Istilah ini hanya familiar bagi masyarakat awam. Biasanya, disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. "Paru-paru basah itu adalah adanya cairan di dalam pembungkus paru, atau ketika suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga pleura, kata dokter Harun Iskandar kepada FAJAR, Minggu 8 Januari.
Harun menambahkan, paru-paru basah ini diakibatkan oleh infeksi di selaput pembungkus paru atau disebut juga efusi pleura. Efusi pleura ini merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa penderita. Sebelum penemuan antibiotik, sepertiga dari semua orang yang mengalami paru-paru basah kemudian meninggal karena infeksi.
Saat ini, meskipun sebagian besar orang-orang yang terinfeksi penyakit paru-paru basah sembuh, kira-kira lima persen di antaranya memiliki prognosis buruk yang dapat berujung pada kematian. Kebiasaan tidur seseorang di lantai yang dingin, kata Harun Iskandar tidak terkait dengan penyakit paru-paru basah. "Seseorang yang terkena paru-paru basah diakibatkan oleh infeksi. Kemudian daya tahan tubuh lemah. Meskipun tidur berjam-jam dan berhari-hari di lantai, tapi kalau daya tahan tubuhnya kuat, penyakit paru-paru tidak akan menghinggapi kita," ucapnya. Beberapa kasus paru-paru basah terjadi oleh karena menghirup tetesan kecil yang mengandung organisme yang dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia ini adalah termasuk salah satu jenis radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri. Tetesan kecil tadi masuk ke udara ketika seseorang terinfeksi dengan kuman melalui batuk atau bersin.
Dalam kasus lain, disebabkan ketika bakteri atau virus yang biasanya hadir di mulut, tenggorokan, atau hidung tanpa sengaja memasuki paru-paru. Biasanya respons refleks tubuh dan sistem kekebalan tubuh mereka akan mencegah organisme disedot dari organisme penyebab paru-paru basah.
Lebih lanjut dokter Harun mengatakan, kaum muda atau remaja lebih rentan terkena penyakit paru-paru basah. Apalagi yang punya aktivitas berat dan merokok. Demikian pula kalau sering keluar malam dan tidak menggunakan jaket.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H