Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Filsafat Dakwah

Diperbarui: 2 Oktober 2024   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Filsafat dakwah berakar dari upaya manusia untuk memahami fenomena alam, manusia, dan ketuhanan. Menurut Majid Fakhry, filsafat pertama kali muncul di Mediterania Timur pada abad ke-6 SM dan menjadi landasan bagi berbagai disiplin ilmu, termasuk etika dan metafisika. Dalam Islam, pemikiran filosofis mulai memasuki wilayah dunia Muslim pada masa Dinasti Umayyah (661 M--750 M), di mana para ilmuwan Muslim mulai menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Dari sinilah muncul pemikiran filsafat Islam yang memperkaya teori dakwah.

Namun, istilah "filsafat dakwah" sendiri baru dikenal pada abad ke-20 setelah dakwah diakui sebagai ilmu yang mandiri. Pembentukan Fakultas Dakwah di Mesir dan Indonesia menandai pentingnya dakwah sebagai fenomena sosial yang dapat dipelajari secara ilmiah. Filsafat dakwah, dalam hal ini, berfungsi sebagai instrumen untuk mengkaji ontologi (hakikat dakwah), epistemologi (pengetahuan dakwah), dan aksiologi (nilai-nilai dakwah) secara mendalam.

Perkembangan Teori Dakwah dalam Sejarah

Masa Nabi Muhammad SAW
Pada masa ini, dakwah terdiri dari dua fase utama, yaitu fase Mekkah dan fase Madinah. Di Mekkah, dakwah menekankan pada ajakan tauhid dan dilakukan secara rahasia karena kondisi masyarakat yang penuh tekanan. Setelah hijrah ke Madinah, dakwah lebih terstruktur dengan terbentuknya masyarakat Muslim, yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama dan politik.

Masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa ini, dakwah berkembang luas ke luar Jazirah Arab. Khalifah Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib berperan dalam memperluas ajaran Islam melalui penaklukan militer dan diplomasi. Dakwah pada masa ini bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam sekaligus memperkuat kesatuan umat.

Zaman Dinasti-dinasti Islam
Pada era kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, dakwah berkembang melalui pendidikan dan pembangunan institusi-institusi keilmuan. Ulama memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Islam melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti madrasah.

Era Kolonial
Pada masa kolonial, gerakan dakwah mengalami tantangan dari budaya dan agama Barat yang dominan. Gerakan reformasi Islam seperti Muhammadiyah di Indonesia, dan Jamaluddin Al-Afghani di Timur Tengah berperan penting dalam membangkitkan semangat pemurnian ajaran Islam.

Era Modern dan Kontemporer
Dakwah di era modern mengalami perubahan signifikan dengan perkembangan teknologi informasi. Penggunaan media sosial, televisi, dan internet telah membuat dakwah lebih interaktif. Selain itu, dakwah di era ini menekankan isu-isu global seperti keadilan sosial, pluralisme, dan hak asasi manusia.


Kesimpulan
Filsafat dakwah adalah disiplin yang terus berkembang dan memainkan peran penting dalam memberikan landasan teoritis bagi para dai untuk menyesuaikan metode dan pendekatan dakwah mereka sesuai dengan konteks zaman. Dengan mengkaji sejarah dan perkembangan dakwah, filsafat dakwah memungkinkan para dai untuk berpikir kritis tentang tujuan, metode, dan nilai-nilai yang mereka bawa, memastikan relevansi dakwah di masa depan.

Filsafat dakwah juga memberikan dasar bagi pengembangan strategi dakwah yang lebih rasional, fungsional, dan inklusif di era globalisasi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline