Lihat ke Halaman Asli

#2. Whether There Would Be Another Meeting?

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jantungku berdegup kencang, kilau cahaya lampu yang menerangi ruangan ini terasa sangat silau di mataku. Dentuman suara musik terdengar begitu keras ditelingaku. Tetesan keringat bercucuran didahiku. Ternyata seperti ini sensasinya. Perasaan gelisah, cemas, dan ketakutan mulai datang menyelimutiku seketika setelah efek slow motion dari barang ajaib itu perlahan mulai menghilang.

Sudah 3 hari aku pulang kerumah dengan kesadaran dibawah 50 persen. Perpisahanku dengan Nora 6 bulan yang lalu membuat hidupku semakin hancur berantakan. Aku seolah lupa akan cita-citaku dan tidak peduli dengan semua usahaku yang telah aku lakukan untuk menggapai cita-citaku. Cita-citaku untuk dapat hidup dikelilingi kemewahan dengan usahaku sendiri sebelum aku berumur 30 tahun sudah tak lagi kupedulikan. Yang ada dipikiranku hanyalah mengakhiri hidupku saat ini juga.

“Mas Nino, bangun mas… udah 3 hari kamu ga masuk kerja. Mau sampe kapan mas kayak gini terus?” kicauan Diana pagi itu mengusik dunia mimpiku seketika dan membawaku kembali ke dunia nyata.

“Mas udah ngambil cuti seminggu Dee... udah ah sana, mas mau tidur lagi.”

“Gausah bohong deh mas sama adek sendiri, kemaren Mas Adit kesini nanyain mas yang udah 3 hari ga masuk tanpa kabar.” cetus Diana sambil membuka kerai dan jendela kamarku. Aku pun menyerah dan kupaksa diriku untuk bangun dan berjalan ke dapur untuk membuat kopi.

Sesampainya di dapur, aku terkejut seketika setelah mataku menemukan sesosok makhluk seksi dengan rambut yang terkuncir keatas hingga memperlihatkan batang lehernya yang mulus. Balutan piyama biru muda semakin menonjolkan kesan seksi yang dimiliki gadis yang sedang menyedu kopi itu. Menyadari kehadiranku, gadis itu menyapaku

“Lho, mas Nino baru bangun? Oh iya, kenalin mas, aku Natasha temen sekampusnya Diana. Semalem kita ngerjain tugas sampe malem banget jadi aku sekalian nginep disini, gapapa kan mas?”

“oh iya gapapa kok… santai aja.” jawabku singkat sambil berlalu.

Setelah setengah tahun berpisah dengan Nora, hatiku bagaikan es batu yang sudah terlalu lama disimpan di dalam freezer. Ada beberapa wanita yang datang menghampiriku, tetapi kubiarkan begitu saja karena memang aku belum bisa melupakan sosok Nora yang sudah mengisi hidupku selama 4 tahun. Namun percakapan singkat pagi tadi dengan Natasha sedikit mengusik konsentrasiku di tengah-tengah kesibukkan pekerjaanku hari ini.

Tidak seperti biasanya, kali ini sepulang kerja aku langsung bergegas pulang kerumah dengan harapan dapat bertemu kembali dengan Natasha. Tetapi rupanya hanya ada Diana seorang di rumah. Natasha baru saja pulang setelah menyelesaikan tugas kuliahnya bersama Diana.

“Tumben mas pulang kerja langsung kerumah? Ga keluyuran dulu?” Tanya Diana yang sedang menonton TV sambil asik memainkan gadgetnya. Adikku yang satu ini memang sangat mengetahui kebiasaanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline