Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Kutitipkan Rindu di Ujung Daun Mahoni

Diperbarui: 7 Juli 2016   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: pixabay.com

Sepagi tadi, kutitipkan harum kerinduan pada ujung daun Mahoni, di lereng Sidomukti. Agar ketika angin berhembus dengan lembut, bayang jiwaku tlah sampai di kulit tanahmu, menyentuh keutuhan ingatanmu.

Dari detik-detik waktu yang terus melaju, nalarku selalu saja menemui kolam-kolam kecil di alam ilusi. Kolam yang kutuangi air mata, dan meluap, saat bayangmu tampak jelas di ruang puisi.

Mungkin semua orang beranggapan ; tiada yang akan membayang di sana– kecuali sinaran luka atas cinta yang direngkuh keegoisan dunia.

Aku tersenyum menahan sekumpulan lelah. Sebab, mentari hari ini tiada menyilaukan, dan tetap sama dengan kehangatan sesaat. Sementara keluguan langit lebih dari biru, hingga tanah tempatku berpijak menjadi kebahagiaan yang semu.

Di awal Syawal ini, nyaliku untuk keluar dari kesedihan tlah membeku, menyerupa tumpukan bebatuan kutub. Tetapi, puisi-puisiku masih mengalir sejuk, bercerita tentang cinta sederhana, kepada rindu yang harus bijaksana, melebur ke dalam sukma, dan merayakan ingatanku yang semakin terlelap di runtuhnya kejujuran air mata.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline