Sebagai warga negara yang mulai dewasa di tahun 90 an,saya sudah mengikuti beberapa kali pesta demokrasi atau Pemilihan Umum. Seiring waktu dan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi membuat semakin terbukanya ruang-ruang publik untuk mengemukakan pendapat,opini atau keluhan bahkan protes akan ketidak puasan terhadap pemerintah.
Ada yang menarik yang saya amati dari beberapa kali Pemilu yang saya ikuti,yang pertama mengenai azas pemilu...LUBER-itulah azas Pemilu yang saya tahu dari pertama saya mendapatkan hak pilih.
Langsung Umum Bebas Rahasia,saya hanya akan menyoroti azas yang terakhir,Rahasia adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang bersifat pribadi,tidak ada seorangpun yang berhak tahu apa rahasia seseorang. Pengalaman saya dulu dalam satu keluargapun tidak saling mengetahui kemana pilihan politik masing- masing anggota keluarganya.Dan hal tersebut menjadi sesuatu yang membanggakan dapat menentukan pilihan sendiri sesuai hati nurani.
Apa yang terjadi saat ini?
Seiring perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat,banyak terbuka ruang-ruang publik di media sosial yang seolah melupakan azas Pemilu tersebut terutama azas Rahasia,setiap orang saat ini demikian terbuka dengan pilihan politiknya,malah seolah-olah sengaja diumbar apa yang akan dia pilih pada saat Pemilu nanti. Dengan kondisi seperti itu saya merasakan greget dari pesta demokrasi di negeri ini sudah memudar. Yang timbul malah kesan masyarakat kita yang terkotak -kotak oleh pilihan politiknya,lebih parahnya lagi cara - cara yang kurang elegan seolah sudah menjadi lumrah di media sosial,memuji bahkan memuja calon yang dipilihnya,menghujat dan mungkin menebar fitnah atas calon lawan politiknya.
Saya rindu dengan Pemilu yang dulu,saya ingin merasakan kembali kebanggan mempunyai sebuah RAHASIA.
Fanatik boleh..goblok jangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H