Lihat ke Halaman Asli

Menuai Kisruh Kelirumologi BSC & KPI 1

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Oleh: Mathiyas Thaib

Banyak benar keluhan yang disampaikan kepada penulis oleh para eksekutif perusahaan dalam workshop-workshop strategi yang diselenggarakan Alomet & Friends, perihal penerapan balanced scorecard dan key performance indicator ….. kacau nian, jadinya bro….

Kelirumologi adalah istilah yang ditemukan dan dirumuskan oleh seorang cendekia, sekaligus seniman dan usahawan yakni Jaya Suprana. Dalam acara Kick Andy beberapa waktu yang lalu, Jaya menarik perhatian pemirsa salah satu stasiun TV Nasional dengan topik kelirumologi. Rumusan kelirumologiadalah “ilmu yang mempelajari tentang kekeliruan logika dalam pembentukan frasa kata atau kalimat yang sudah dianggap benar di tengah masyarakat”.

Jaya Suprana ternyata juga pengagum cendekia Indonesia lainnya yakni Kwik Kian Gie, mantan Menko Perekonomian pada zaman pemerintahan Gus Dur dan Megawati. Kwik terkenal dengan pandangannya yang menentang istilah dan rumusan “Subsidi Pemerintah Untuk BBM” karena dengan keyakinan hitung-hitungan dan konsep akuntansinya, Kwik menyatakan bahwa tidak pantas dinyatakan oleh banyak pihak bahwa pemerintah mensubsidi BBM. Karena minyak, gas dan air sebagi kekayaan sumber daya alamadalah milik rakyat (pasal 33 UUD 45).

So, Jaya Suprana menyindir bahwa para ekonom & teknokrat anak negri pada saat ini telah keliru dalam memberikan istilah untuk kebijakan perekonomian di bidang minyak & gas bumi.

Keluhan juga selalu dikemukakan oleh klien-klien penulis selaku konsultan strategis. perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam 2-3 tahun terakhir ini, mengenai kemelut dan kekisruhan istilah KPI dan KPI individu diperusahaannya.

Hampir semua perusahaan yang telah menerapkan konsep Balanced Scorecard mengalami kebingungan terutama dalam hal upaya pencapaian target-target tujuan strateginya dan keterkaitannya dengan kinerja individual atau yang biasa disebut KPI individu.

Hal terakhir yang mendorong penulis untuk membuat artikel “Kelirumologi KPI” adalah pernyataan Sdr. Alexander Rusli (saat ini CEO Indosat) yang memiliki latar belakang doktoral di bidang Teknologi Informasi di Majalah Warta Ekonomi bulan Februari 2013 sebagai liputan utama. Pernyataannya tentang KPI adalah sbb:

Bagaimana menyatukan atau aligning kehendak masing-masing orang dari bawah sampai atas. Artinya, key performance indicator atau KPI dari bawah sampai atas harus diterapkan secara menyatu. Pencapainan KPI di bawah akan berhubungan dengan KPI di atasnya dan hal ini memang bukan hal mudah.

Kesalahan yang sering terjadi, ada KPI, tetapi tidak ada koneksi KPI antar-layer. Padahal, pendefinisian KPI yang bagus itu adalah apabila KPI yang satu tercapai, maka diasumsikan KPI di layer yang lainnya tercapai.

Selama ini penulis selalu bersikap normatif dalam merespon hal-hal tsb di atas dan menurutpenulis penyebab utamanya adalah :

karena telah terjadi kesenjangan pengetahuan dan pemahaman secara mendasar di antara peminat dan pengguna Balanced Scorecard, tentang latar belakang pemikiran, konsep dan metodologi pengetahuan yang dicetuskan Prof. Robert Kaplan tsb.

Berdasarkanhal-hal tersebutlah penulis menyusun artikel “Kelirumologi KPI” ini, karenatidak menginginkan ilmu Balanced Scorecard yang sangat baik ini dan telah mendunia menjadi kemelut dan kisruh di Indonesia, karena ketidak mengertian dan kedangkalan pemikiran dan pengetahuan dari guru dan konsultan-konsultan manajemen di tanah air sehingga jangan sampai terjadi seperti ilmu Quality atau Total Quality Management.

Sepertipernyataan seorang Direksi BUMN yang disampaikan kepada penulis beberapa beberapa waktu yang lalu :

“Quality management ditemukan oleh Edward Deming di Amerika, tumbuh berkembang dan berdaya guna di Jepang dan Jerman untuk peningkatan daya saing, tetapi diabaikan dan akhirnya mati di Indonesia karena KISRUH dalam penerapannya”.

Semua ini terjadi karena sikap mau gampang dan mau serba instan dari anak-anak negeri. So, hal ini janganlah sampai terjadi lagi dengan Balanced Scorecard, sayang bukan……

dilanjutkan besok ya gan....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline