Oleh: Mathiyas Thaib
CEO Alomet And Friends
PORTER adalah guru besar ekonomi & Bisnis paling berpengaruh saat ini bagi banyak pemimpin bisnis dan kepala pemerintahan di seluruh dunia. Di umurnya yang mencapai 65 tahun, akhirnya dia bersama the “Harvard Dream Team” diminta kembali untuk menyelamatkan ekonomi Amerika.
“Saya sangat bangga dan mencintai penugasan ini, saya belum lelah dan tidak akan pernah lelah, sementara sebaliknya banyak kaum akademik yang lain di Amerika sudah menjadi sangat lelah melihat keadaan Amerika saat ini ”. Demikian komentar Porter merespon penugasannya oleh pemerintah Amerika untuk menyelamatkan ekonomi bangsanya, yang dinyatakannya di majalah Fortune edisi tgl 29 Oktober 2012.
Paragraf di atas menunjukkan bahwa sebetulnya Amerika selama ini telah salah arah dan salah jalan dalam penyelenggaraan perekonomiannya (penulis :hal ini pulalah yang telah dilakukan bangsa Indonesia selama ini sejak reformasi ), dan sebetulnya M. Porter selalu mengingatkannya, tetapi tidak pernah dihiraukan malahan justru banyak kepala pemerintah negara-negara lain yang meresponnya secara sangat positif diantaranya adalah mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Muhamad
Tidak ada pemimpin-pemimpin bisnis perusahaan global yang tidak mendiskusikan bagaimana memenangkan persaingan secara berkelanjutan (Competitive Advantage) dengan topik-topik al:
·Bagaimana cara menurunkan biaya produksi dan operasi
·Bagaimana cara membangun perusahaan yang memiliki differensiasi
·Bagaimana membuat produk atau jasa yang unik untuk pasar yang focus.
·Bagaimana mendayagunakan rantai nilai yang efisien, efektif dan produktif.
Materi-materi diskusi tersebut pasti dalam konteks merumuskan dan merencanakan strategi perusahaan dan hal ini berarti pula bahwa semua pemimpin bisnis tsb telah masuk dalam pengaruh konsep pemikiran strateginya Michael Porter.
Saat ini topik-topik di atas, kembali bergema dan didiskusikan dengan tajam di lingkungan “Dream Team”. Ekonomi Amerika yang berjumlah 14 orang yang terdiri dari guru-guru besar dan staff pengajar senior Universitas Harvard dan Massachussetts Institute Technology yang dipimpin Michael Porter.
Ironis memang, karena selama 2-3 dekade ini Amerika selalu didominasi oleh team pemikir dan perancang ekonomi yang berbasis keuangan dan berpusat di Kementerian Keuangan (Treasury) dan hasilnya kita lihat sekarang. Ekonomi Amerika tidak pernah keluar dari krisis sejak tahun 1998 karena mendayagunakan mata uang dollarnya (US$) sebagai senjata pamungkasnya. Daya saing Amerika menjadi berantakan, makin lama makin tidak berdaya terutama dalam menghadapi Cina, karena Cina mendayagunakan produk dan cara berproduksinya yang inovatif sebagai senjata pemukul.
Seperti kita ketahui bersama bahwa pada awalnya kekuatan ekonomi Amerika sebetulnya terletak pada kemajuan teknologi dan inovasinya, sehingga tidak salah kalau penulis selalu menyatakan bahwa:
“Yang membangun kejayaan Amerika adalah Detroit (pusat industri mobil 1950 an) dengan inovasi produksi, dan yang mempertahankan kejayaan Amerika adalah Silicon Valley (Pusat Teknologi Informasi tahun 1970 an) dengan inovasi teknologi, dan yang menghancurkan Amerika adalah Wall-Street (Pusat Keuangan Amerika tahun 1980 an) dengan rekayasa keuangan dan derivatif”.
Sebuah Negara seperti Indonesia yang cukup memiliki sumber daya alam dan dengan jumlah penduduk yang hampir mencapai 245 Juta, hanya satu jalan menuju kemakmuran, yaitu ekonomi berbasis produksi yang harus mengutamakan inovasi dan teknologi dan harus disertai dengan karakter dan kepribadian tidak ikut-ikutan, untuk itu lihat bangsa Cina.
Tetapi sayangnya apa yang telah dilakukan anak negeri, justru kebalikannya, kita telah menjalankan kehidupan ekonomi kita berbasiskan ilmu keuangan dan administrasi belaka untuk mencapai kemakmuran dengan cara berhutang dan dengan skenario orang lain pula seperti IMF, World Bank dan lembaga internasional lainnya.
Dalam 20 tahun terakhir ini sering kali kita mendengar kata-kata dari para elit ekonomi anak negeri al : “Indonesia akan menjadi pusat keuangan dunia” , “Anak saya telah menyelesaikan pendidikan Doctor-nya di bidang keuangan atau di bidang Marketing”.
….”.Makan deh tuh uang…” kata orang betawi……kalau kita mau introspeksi diri, kita telah terkelabui dan tersilaukan oleh bangsa Amerika, yang sebetulnya sedang meluncur ke bawah tingkat kehidupan dan perekonomiannya.
Oleh karena itu, sebaiknya kita jangan selalu ingin hidup Instan tanpa mau berproses atau melihat segala sesuatunya pada segala sesuatu yang sudah jadi saja, itulah salah satu kelemahan mendasar bangsa ini.
So tidaklah salah, kalau penulis dalam 10 tahun ini selalu mengatakan dan menganjurkan anak negeri untuk kembali kepada paham ekonomi yang berbasiskan management operasional dan produksi yang mengedepankan inovasi untuk memenangkan persaingan antar bangsa.
Toh… akhirnya bangsa Amerika meminta Prof. Michael Porter guru besar daya saing berbasiskan teknologi, produksi dan inovasi untuk mengembalikan jati diri bangsa Amerika..
Sumber: Majalah FORTUNE edisi 29 oktober 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H