Lihat ke Halaman Asli

Aloisius Johnsis

Penulis yang mengubah rasa menjadi cerita.

Monsinyur Suharyo: Saya Menjadi Kardinal karena Indonesia

Diperbarui: 5 September 2019   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Monsinyur Suharyo dan Paus Fransiskus. Sumber: bmvkatedralbogor.org

"Perlu diketahui bahwa pengangkatan saya sebagai kardinal bukanlah karena prestasi saya, tetapi lebih-lebih karena perhatian Vatikan kepada Gereja Katolik di Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu sendiri," kata Monsinyur Suharyo saat konferensi pers di Gedung Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta lantai 2, Kamis (5/9) siang.

Acara yang dihadiri sekitar 60 wartawan dari berbagai media ini dimulai dengan penjelasan mengenai hirarki gereja yang disampaikan oleh Pastor Kepala Paroki Katedral Jakarta RP Hani Rudi Hartoko SJ. Hadir juga Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta RD Samuel Pangestu.

Lebih lanjut Monsinyur Suhayo menjelaskan spekulasi dibalik penunjukkannya sebagai seorang kardinal. Gereja Katolik ingin menunjukkan ke-Katolik-kannya yang berarti universal. Dulu banyak kardinal dari Eropa, namun sekarang sudah semakin rata baik itu di Afrika, Asia, ataupun Amerika Latin.

"Pengangkatan ini saya maknai dengan penuh syukur dan juga sebagai penghargaan terhadap realitas kehidupan harmonis yang ada di Indonesia. Beberapa kali saya bertemu Paus dan jajarannya, mereka selalu menghargai harmoni kehidupan masyarakat Indonesia," paparnya.

Kemudian dalam konsistori 5 Oktober mendatang bertepatan dengan pembukaan Sinode khusus untuk Amazon. Monsinyur Suharyo merasa ini sebagai tindakan simbolik dari Paus. "Biasanya konsistori itu diadakan pada November, tetapi ini dimajukan. Rasanya ini adalah tindakan simbolik dari Paus karena bertepatan dengan pembukaan Sinode Amazon yang kita ketahui bersama pasti tentang lingkungan hidup," ujarnya.

Dalam kesempatan ini Uskup Suharyo juga menceritakan reaksi pertama kala diberi tahu Nuncio (Duta Besar Vatikan untuk Indonesia) perihal pengangkatannya sebagai kardinal. "Jujur saya mengetahui informasi tersebut terlambat. Banyak yang menghubungi saya, namun saya tidak kenal nomernya. Kemudian, Nuncio menelfon saya dan memberikan informasi tersebut, saya kaget," tutur uskup kelahiran 9 Juli 1950 itu.

Ia merasa pengangkatan ini cukup tiba-tiba, karena tidak seperti penunjukkan saat menjadi uskup dahulu. "Kalau dulu ketika saya diangkat menjadi uskup, ada pemberitahuan dari jauh hari sebelum diumumkan, dan ada diskusi juga," pungkasnya.

Ia menutup konferensi pers dengan kembali menegaskan bahwa perhatiannya bukan kepada Monsinyur Suharyo, tetapi kepada Gereja Katolik Indonesia dan Bangsa Indonesia yang harmonis. "Perbedaan tidak harus sama dengan perpisahan, perbedaan itu memperkaya sejarah," tutupnya.

(AJ)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline