Lihat ke Halaman Asli

Mujibta Yakub

Wirausaha

"Perang 100 Model": Menguak Potensi dan Tantangan Sektor AI di Cina

Diperbarui: 15 Juli 2024   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pplx-res.cloudinary.com

"Perang Seratus Model"

Menguak Potensi dan Tantangan Sektor AI di China 

"Perang Seratus Model" di China menggambarkan persaingan sengit di antara perusahaan teknologi di negara tersebut untuk mengembangkan dan menerapkan model bahasa besar (Large Language Models atau LLMs) dalam kecerdasan buatan. Dengan lebih dari 130 model yang mencakup 40% dari total global, fenomena ini dipicu oleh keberhasilan ChatGPT dan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai keberlanjutan serta aplikasi praktis dari model-model ini.

Pertumbuhan cepat sektor kecerdasan buatan (AI) di China telah menciptakan lanskap yang beragam dengan banyak LLM dan pelaku industri yang berbeda-beda. Hingga tahun 2023, China memiliki setidaknya 130 LLM, yang menyumbang 40% dari total global, hanya sedikit di belakang pangsa 50% yang dimiliki oleh Amerika Serikat. 

Raksasa teknologi seperti Tencent, Baidu, Alibaba, dan Huawei berada di garis depan revolusi AI ini, bersaing dengan banyak startup lainnya. Pasar juga mengalami lonjakan dalam "LLM khusus industri" yang menghubungkan ke model inti, memperluas variasi penawaran. Namun, proliferasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang alokasi sumber daya yang efisien dan aplikasi praktis dari model-model ini dalam kehidupan sehari-hari.

Kemunculan cepat LLM di China telah menyebabkan pasar yang sangat jenuh, dengan setidaknya 130 model yang mencakup 40% dari total global. Proliferasi ini mengakibatkan pengeluaran sumber daya yang signifikan, terutama dalam hal daya komputasi, karena banyak model yang sebenarnya sangat mirip satu sama lain. 

Persaingan yang sangat ketat ini telah memicu perang harga, di mana perusahaan seperti ByteDance, Alibaba, dan Baidu memangkas harga layanan berbasis LLM secara drastis untuk menarik pengguna. Meskipun banyaknya model yang ada, banyak dari mereka kesulitan menemukan model bisnis yang layak dan aplikasi praktis, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan pertumbuhan ini.

Persaingan ketat di sektor AI China juga diperparah oleh ketegangan geopolitik dan tantangan ekonomi. Sanksi AS terhadap chip AI telah menghambat akses perusahaan-perusahaan China ke perangkat keras yang sangat penting, sehingga memperlambat pertumbuhan sektor ini.

Selain itu, dana dalam bentuk dolar AS telah mengurangi investasi pada proyek AI tahap awal di China, memperburuk tekanan finansial. Faktor-faktor ini memaksa perusahaan-perusahaan China untuk berinovasi secara domestik, yang berpotensi mengarah pada swasembada dalam teknologi kritis. Namun, pembatasan ini juga mengancam untuk menyingkirkan perusahaan kecil yang inovatif, yang berpotensi memperlambat laju kemajuan terobosan dari China.

Para ahli memprediksi konsolidasi signifikan di pasar AI China, di mana hanya perusahaan-perusahaan terkuat yang kemungkinan akan bertahan. Tren ini diperkirakan akan mencerminkan sektor teknologi lainnya di mana skala dan modal sangat penting. Perusahaan dengan basis pengguna besar dan penawaran layanan yang beragam, seperti Alibaba, Tencent, dan Baidu, dipandang memiliki keuntungan karena ekosistem mereka yang sudah mapan. 

Para pemimpin industri, termasuk CEO Baidu Robin Li, menyerukan pergeseran fokus menuju pengembangan aplikasi AI yang praktis daripada terus-menerus menyempurnakan teknologi dasar. Fokus pada aplikasi dunia nyata ini dipandang sebagai kunci untuk menentukan momen kritis AI dan potensinya untuk mendorong perubahan luas di berbagai industri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline