Semua bermula saat Ali mendapatkan proyek membangun websiteuntuk sebuah tempat wisataoutbound di Garut. Dari foto-foto yang dikirimkan oleh kliennya itu, lokasi outboundnya sangat indah. Ali pun penasaran, akhirnya bersama temannya, Amar, mereka berangkat melihat langsung ke lokasi. Dia pikir, setidaknya untuk melakukan riset, selebihnya bisa sekalian liburan. Lumayan kan bisa menyelam sambil minum air. Mengerjakan proyekan sambil jalan-jalan.
Tiba di Garut tepatnya di desa Lembah Hejo, mereka disuguhi pemandangan yang sangat luar biasa. Sesuai namanya, desa Lembah Hejo ini berada di sebuah lembah yang diapit perbukitan hijau nan asri. Di tengah lembah ada sungai besar, seolah membelah desa Lembah Hejo ini menjadi dua bagian. Lahan terasering dengan padi yang tumbuh subur, menghijau sejauh mata memandang. Dari kejauhan sana terlihat anak-anak yang tengah asyik bermain di pematang sawah. Membawa tongkat panjang yang Ali kenali adalah gala untuk mengambil buah. Dari atas bukit, desa lembah Hejo ini terlihat sangat eksotis.
Untuk mencapai desa Lembah Hejo,Ali harus melewati perbukitan. Akses jalan masih sulit, hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua. Hal itu juga yang menjadikan desa Lembah Hejo tetap lestari, karena belum terjamah orang luar.
Sejenak Ali berpikir, siapa orang itu, yang ingin membuat Lembah Hejo ini jadi tempat wisata. Membuka kehidupan desa untuk orang luar, itu bagai pedang bermata dua. Satu sisi desa akan terbantu hingga memajukan perekonomian warganya. Tapi di sisi lain juga desa harus bersiap menerima kerusakan kelestarian yang mungkin ditimbulkan.
Sesampainya di Desa Lembah Hejo, Ali dan Amar disambut oleh kepala dusun. Lalu diperkenalkan kepada menantunya bernama kang Andre. Rupanya sang menantu inilah yang berkeinginan membuka desa menjadi tempat wisata. Dia adalah anak dari seorang pengusaha kaya di Jakarta. Baru beberapa bulan saja menjadi memantu kepala dusun, dia sudah membeli banyak sekali lahan dari para petani. Para petani yang membutuhkan uang untuk anaknya sekolah, terpaksa menjual tanah-tanah mereka kepada kang Andre. Agar tidak kehilangan pekerjaan, para petani itu menjadi buruh tani di lahan yang kini jadi milik Andre.
Hari sudah sore. Ali dan Amar diantarkan oleh kang Andre ke sebuah vila. Sebagian besar bangunan vila itu terbuat dari kayu jati. Tiang-tiangnya dari kayu Kihiyang yang terkenal sangat kuat di tatar sunda. Atapnya dari daun kiray yang disusun rapi. Pemandangan dari vila sangat luar indah. Di depan vila, areal pesawahan yang berujung di lereng perbukitan, sementara di belakang adalah perkebunan palawija.
Udara dingin mulai merasuk bersama dengan datangnya kabut. Kelalawar bermain-main dilangit gelap bercampur awan oranye keemasan.
"Silahkan teman-teman beristirahat di sini," kata kang Andre, "di dalam sudah saya siapkan kopi, teh dan makanan ringan."
"Terima kasih kang."
"Makan malamnya nanti di rumah saya saja. Temen-temen bisa mandi dan solat dulu sekarang, nanti ba'da magrib saya jemput ke sini lagi."
"Siap kang." Jawab Amar.