Lihat ke Halaman Asli

Kang Mizan

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Rizal Ramli, Mas Menteri Tidak Becus!

Diperbarui: 18 Juni 2021   11:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Mas Rizal Ramli kembali berkoar. Jika sebelumnya melontarkan kritik pedas atas penyelenggaran Ibadah Haji dan Lilitan Utang PT Garuda Indonesia, kemarin melontarkan kritik cadas yang dialamatkan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Riset, Nadiem Makarim. Kritik pedas dan tajam ini di broadcast melalui live streaming dan YouTube Channel FNN Bang Arief, 16 Juni 2021.

Sebetulnya sudah demikian banyaknya kecaman terhadap kebijakan, program, dan kinerja mantan Bos GoJek ini. Lihat, misalnya, demikian masifnya kritikan yang diboradcast oleh Vox Point Pendidikan Indonesia. Ambil contoh video Vox Point dengan judul: SINAU: CAPAIAN KEMENDIKBUD 2020 Vs TARGET RPJM BIDANG PENDIDIKAN. Contoh yang lebih galak mencakup video yang berjudul: "WORLD CLASS UNIVERSITY Cuma SLOGAN..."

Video yang terkait dengan World Class University (WUR) ini menyajikan diskusi seru dan concise antara Mas Indra Charismiadji (Vox Point Indonesia) dengan Prof Sulistyowati (Universitas Indonesia). Disini Prof Sulis menyatakan bahwa rendahnya kualitas perguruan tinggi di Indonesia sebagian bersumber dari kencangnya belitan birokrasi Kemendikbud terhadap universitas/perguruan tinggi.

Dalam nuansa yang sama, belitan birokrasi yang menggegroti kualitas Pendidikan Tinggi di Indonesia   juga dilontarkan oleh Rizal Ramli (RR) pada acara FNN Bang Arief seperti disebutkan diatas. Misalnya, RR menunjuk isu pengangkatan Rektor oleh Presiden.

Persetujuan Presiden ini lebih bertujuan untuk mengendalikan universitas. Kepatuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan prestasi akademis. Rektor yang diangkat oleh Presiden tentu saja yang diperkirakan akan tunduk pada Presiden. Berhasil tidaknya Sang Rektor untuk meningkatkan kualitas universitas bukanlah hal utama. Demikian, kira-kira pesan yang disampaikan oleh alumnus Boston University, MA, USA, ini.

Lebih jauh lagi, Uda Rizal ini yang juga merupakan alumni Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) merasa malu sekali atas peringkat QS WUR ITB yang stagnan ditingkat 300an. Penulis juga prihatin atas hal ini lebih-lebih jika dibandingkan dengan Institut Teknologi Singapura (NTUS). Bagaimana mungkin kualitas ITB jauh dibawah kualitas Nanyang Tech Univ. Singapore, yang baru didirikan "kemarin sore." Apa salahnya dengan ITB?

GAMBAR: QS WUR 2022 untuk NEGARA-NEGARA ASEAN FOUR

Dokpri

ITB hanya berada di ranking 303 QS WUR 2022. Ranking ini sangat-sangat rendah jika dibandingkan dengan, misalnya, ranking yang didapat oleh Nanyang Technological University of Singapore (NTUS).

NTUS untuk QS WUR 2022 ini berada di ranking 12. NTUS yang didirikan pada tahun 1991 jauh lebih muda dari ITB yang didirikan pada tahun 1959.

Lebih menyesakan lagi, umur ITB sebetulnya lebih tua lagi. ITB sudah ada jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. ITB itu dimuali dari Technische Hoogeschool te Bandung (1942 -- 1945), kemudian berubah menjadi Institute of Tropical Scientific Research (1942 -- 1945), dan seterusnya hingga ITB di tahun 1959.

Sekali lagi, apa salahnya dengan ITB atau dunia Pendidikan Tinggi Indonesia secara lebih umum? Jelas isu utamanya bukan pendanaan atau uang. Anggaran Pendidikan APBN melonjak drastis sejak dua dekade terakhir. Nilainya mendekati Rp500 triliun di APBN 2021.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline