Lihat ke Halaman Asli

Kang Mizan

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I. email: kangmizan53@gmail.com

Sekilas Budaya Organisasi Bersih Kementerian Keuangan R.I

Diperbarui: 17 Juli 2019   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Almarhum Prof Dr Ali Wardhana (Detik.com)

Bursa Kabinet Jokowi - Ma'ruf Amin terus bergulir. Frasa kaum milineal cerdas, eksekutor, dan manajerial unggul (sebagai kriteria utama calon menteri kabinet ini) terus diembuskan. Nama-nama yang dijagokan dan diangggap memenuhi kriteria tersebut terus berseliweran di internet, di acara talkshow TV, dan berbagai media sosial. Selain itu, banyak frasa kriteria lain dari Jokowi yang juga terus bergulir yang mencakup tidak membeda-bedakan orang partai dan kaum profesional. 

Dari banyak frasa kriteria menteri kabinet termaksud, penulis hendak menggarisbawahi keinginan Jokowi terkait harapannya supaya menteri di kabinetnya bisa memberikan rekam jejak gemilang untuk generasi mendatang. Maksudnya, menurut dugaan penulis, yang dimaksud oleh capres terpilih Wong Solo ini adalah menteri tersebut bukan saja sebagai konseptor dan eksekutor yang gemilang, tetapi perlu juga mewarisi budaya organisasi hebat pada kementerian negara yang dipimpinnya.

Mimpi Jokowi ini mengingatkan penulis dengan sosok almarhum Prof Dr. Ali Wardhana, Menteri Keuangan di Era Orde Baru selama 15 tahun (1968 - 1983). Warisan budaya organisasi hebat Wong Solo ini terkait dengan prinsip rekrutmen, penempatan, training, dan promosi serta take home income. Prinsip ini penulis sajikan berdasarkan pengalaman pribadi penulis sendiri yang berhasil lolos rekrutmen di Era Ali Wardhana tersebut dan baru pensiun bulan Agustus 2018 kemarin setelah bekerja lebih dari 40 tahun.

Begini, setelah lulus SMA akhir 1972 penulis belum berniat melanjut ke PT yang antara lain karena prestasi sekolah yang pas-pasan, gangguan kesehatan mata dan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mendukung. Cemas berbaur frustasi, ya apa boleh buat nganggur dulu deh. Tidak ada keberanian untuk melamar ke sektor pemerintah. Bisik-bisik, belum banyak berubah seperti umumnya iklim rekrutmen CPNS sekarang, perlu sogokan uang yang banyak untuk dapat diterima.

Alhamdullilah penulis diterima di perusahaan Amerika Serikat sekitar pertengahan 1973. Kemudian sedih sekali, terpaksa disuruh mengundurkan diri karena pertimbangan kesehatan. Keterpaksaan kondisi ekonomi mendorong penulis tetap tabah dan bersemangat untuk mencari pekerjaan baru.

Beberapa bulan kemudian setelah cukup sehat kembali penulis kembali bekerja di perusahaan AS yang lain yang core bisnis perusahaan ini melakukan survei geodesic selesai dalam waktu enam bulan. Penulis sebulan sebelum job survei perusahaan ini selesai sudah pindah ke perusahaan AS yang lain dengan bisnis plant construction. Setelah bekerja sekitar dua tahun dan proyek konstruksi tersebut selesai, penulis nganggur kembali.

Rasanya, pagi hari waktu itu, ketika seorang tetangga yang dinas di KemkumHam mampir ke rumah. Dia membawah potongan iklan di harian Kompas tentang penerimaan CPNS di Kementerian Keuangan. Dikabarkannya juga bahwa masuk ke Kementerian Keuangan selain tidak pake uang juga gaji yang tinggi. Penulis menerima saran ini dan langsung mendaftar ke Depnaker setempat.

Penulis konsultasi dengan teman belajar di SMA dulu, yang sudah dua tahun bekerja di Kementerian Keuangan. Pesannya adalah kuasai buku aljabar, kuasai bahasa Inggris, dan setiap hari harus baca koran dan dengar warta berita dari RRI. Advis shohib ini penulis ikuti dan terus belajar, dengar RRI, dan baca koran setiap hari.

Jelas tidak ada liburnya, tidak pernah terpikirkan buat janji, apa lagi apel malam minggu. Belajar, makan seadanya, istirahat, belajar kembali, baru tidur. Mimpi juga berbaur halusinasi rumus dan angka aljabar serta suara-suara bahasa Inggris.

Tiga bulan kemudian waktu testing tiba, tiga bulan berikutnya hasil testing CPNS diumumkan. Seorang temen sekolah SMA dulu datang ke rumah. "Aaalmizan, kito lulus!" teriaknya di muka pintu. Emak yang lagi masak menghambur dari dapur.....takbir dan dengar berurai air mata memeluk kami bertiga. Berurai kembali air mataku mengingat ini. 

Tiga bulan berikutnya melengkapi berkas seperti ijazah, surat keterangan sehat, SKCK, dan lain sebagainya. Tiga bulan berikutnya lagi menerima surat penempatan di Setjen Kementerian Keuangan Jakarta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline