Kompasianer memang super. Memang super karena jumlah Kompasianer sangat besar. Penulis taksir itu lebih dari 30.000 orang dan jumlahnya terus bertambah setiap hari. Bukan itu saja. Umur dan pendidikan juga sangat beragam. Demikian juga dengan domisili dalam dan luar negeri, sosial ekonomi, dan profesi.
Beberapa hari yang lalu penulis melihat tayangan seorang Kompasianer yang bercerita tentang suka duka menjadi Calon Legislator 2019. Penulis yakin bahwa dia bukan satunya-satunya Kompasianer Caleg Pemilu 2019. Penulis juga Calon Anggota DPR R.I 2019. Mungkin ada hikmahnya jika berikut ini penulis sajikan beberapa cuplikan yang paling berkesan selama mengikuti Racing pemilihan legislator DPR R.I. tersebut.
Mendengar Wejangan Presiden Jokowi
Penulis yang juga Caleg DPR R.I sangat terkesan dengan wejangan Jokowi sekitar bulan September 2018. Beliau menceritakan pengalaman ketika racing Walikota Solo. Pengalaman yang diceritakan itu mencaaaaakup Jokowi bukan siapa-siapa ketika itu. Tidak ada yang kenal. Tapi "saya ingnin menang," kata Beliau.
Saya kemudian, lanjut Pak Jokowi, memutuskan untuk menghentikan kegiatan kampanye seperti pengerahan massa di lapangan-lapangan terbuka. Yang datangkan kan orang kita sendiri dan biayanya sangat besar, imbuh Beliau.
Kampanye door to door dan from Subuh tu Subuh harus saya lakukan, lanjut orang Kerempeng bertenaga banteng ini. Saya kemudian tahu siapa yang akan memilih dan tidak memilih saya ketika pamit pulang, begitu menurut Capres #02 ini.
Penulis begitu terkesan ketika diakhir acara pertemuan ini Beliau dengan santai menyalami kami, Caleg DPR RI wilayah pulau Jawa, satu per satu. Penulis tambah terkesan lagi ketika dalam perjalanan keluar gedung pertemuan ini Beliau menympatkan diri foto bersama dengan segenap kaaryawan Gedung Tinggi di Jaaantung kota Jakarta ini.
Namun, untuk racing Caleg semangat 45 bergerilya door to door dari Subuh ke Subuh hanya efektif jika ada uang. Ada uang dalam jumlah yang besar. Sangat besar bagi penulis karena dalam angka puluhan miliar rupiah.
Ribetnya dan Beratnya Beban Administrasi Caleg
Beban administrasi Caleg sangat tinggi. Sangat tinggi bagi Caleg itu sendiri dan sangat tinggi baik bagi Parpol maupun bagi KPU itu senndiri. Selain tinggi beban administratis itu ribet atau reseh yang menjurus mengada-ada dan kurang, atau, bahkan tidak bermanfaat sama sekali. Sebagian besar dari sekitar 15 persyaratan yang diatur di PKPU, menurut Penulis reseh dan kurang bermanfaat.
Misalnya, patut dipertanyakan apa perlunya melampirkan keterangan domisili dan sudah terdaftar sebagai pemilih dari Lurah/Kepala Desa setempat? Juga, apa KPU dapat melakukan verifikasi kebenaran surat-surat itu? Dapatkah KPU memverifikasi puluhan ribu surat-surat keterangan tersebut? Maksimal mereka hanya melihat kop surat dan tandatangan lurah/kepala desa.
Contoh yang lain adalah Surat Keterangan Sehat. KPU menghendaki surat itu dilampiri hasil lab. Ini ditolak oleh RSPAD Gatot Subroto karena menurut mereka RSPAD bertanggungjawab atas surat tersebut. Selain itu, menurut RSPAD jikapun hasil lab itu dilampirkan, apakah orang KPU mengerti dan mampu membaca hasil lab tersebut?