Lihat ke Halaman Asli

Almizan Ulfa

TERVERIFIKASI

Membahas Mahalnya Harga Pangan di Debat Kedua Capres

Diperbarui: 17 Februari 2019   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa sumber: Dokpri

Tidak terasa nanti malam, Minggu, 17 Februari 2019, debat kedua Pilpres 2019 Indonesia akan digelar kembali. Venue debat bukan lagi di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan tetapi pindah ke Hotel Sultan, GBK Senayan, Jakarta Pusat. Seperti sudah dimaklumi bahwa debat yang dikelola oleh KPU ini akan mengusung tema Pangan dan Enerji, Infrastruktur, dan Lingkungan Hidup. 

Tema Lingkungan Hidup tidak sexy. Kurang memiliki bobot political appeals atau syahwat politik yang dahsyat menurut banyak pihak tetapi dipaksakan secara konsensus oleh Tim KPU. Tema infrastruktur, enerji dan pangan lebih menjual di pasar politik nasional terkini.

Tema pangan memang strategis sekali. Tema pangan sudah tentu terkait dengan harga, yang merupakan indikator kelangkaan terpenting. Harga tinggi artinya kelangkaan meningkat dan harga rendah mengindikasikan persediaan melimpah. 

Viral narasi mahalnya harga pangan Capres 02 Prabowo. Harga beras, harga daging, harga ayam, harga gula...apa lagi ya... maahal.. maahal sekali dan termahal di dunia celoteh Prabowo. Hoax? Benarkah demikian? 

Jika ya apa yang menyebabkan Jokowi tidak kuasa menerbitkan kebijakan harga murah pro wong cilik? Jika memang demikian solusi apa yang ditawarkan oleh Prabowo?

Narasi Prabowo ini seharusnya diangkat dan dikupas tuntas dalam Debat Kedua Capres nanti malam. Moderator idealnya mendorong bila perlu sedikit memaksa, ala Najwa Shihab, Rosiana Silalahi, atau Karni Ilyas, misalnya, agar Prabowo maupun Jokowi, dalam debat kedua capres 2019 yang menelan miliaran rupiah uang negara ini, memberikan jawaban yang menghujam langsung ke permasalahan inti stabilisasi harga. Jangan dibiarkan berhenti pada retorika saja.

Retorika pangan murah selama ini perlu dilenyapkan. Retorika harga yang melindungi petani yang sekaligus tidak memberatkan konsumen serta menggairahkan para pedagang, yang dicuitkan oleh kedua Paslon, tidak jelas apa konkritnya. Lebih miris lagi, Presiden Jokowi di tahun 2015 menambah retorika pangan murah tersebut dengan klausal tidak memberatkan keuangan negara.

Nyatanya... triliunan rupiah uang negara ludes digunakan untuk lembaga penyanggah pangan nasional Bulog. Cekcok diantara menteri tentang perlu tidaknya atau mendesak tidaknya impor pangan utamanya impor beras terus berlanjut. Mafia impor pangan lanjut pesta pora nya

Hayu Pak Jokowi.. hayu Pak Prabowo... jelaskan serinci mungkin kiat kebijakan harga pangan nasional yang menguntungkan petani, melindungi konsumen, menggairahkan pedagang, dan.. ampuh menelingkung mafia impor pangan serta... diatas kesemua itu tidak memberatkan keuangan negara. Utang Indonesia di Era Jokowi melejit beberapa lipat lho! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline