Lihat ke Halaman Asli

Pidato Bung Karno Pada HUT RI 1966

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah

Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI Ke-66 kali ini hampir tiada kesan. Tak ada lomba-lomba, tiada pertandingan, pawai juga tidak, apalagi upacara bendera. Hal ini terpaksa dimaklumi mengingat sepanjang Agustus sama dengan sepanjang Ramadhan, dimana umat muslim menjalankan ibadah puasa. Beruntung masih sempat terpasang umbul-umbul warna-warni yang didominasi merah dan putih. Hanya inilah sedikit kesan yang ada, selain dari menaikan bendera di halaman rumah.

Namun ke-isengan di internet berujung dengan memutar sebuah video rekaman Pidato Bung Karno yang dibacakan pada HUT RI Tahun 1966. Tepat pula, HUT RI yang sekarang adalah yang ke-66. Untuk menambah kesan, saya coba menuliskan kata-kata yang diucapkan sang Proklamator.

Untuk sekedar mencatat semua ucapan Bung Karno ternyata begitu mudahnya, akan tetapi alangkah susahnya menarasikan situasi, bahasa tubuh serta semangat dalam setiap tekanan-tekanan kata yang diteriakan oleh Bapak Proklamator yang juga berjuluk “Singa Podium” itu. Meski telah dibumbui beberapa keterangan untuk menjelaskan situasi atau betapa berapi-apinya pidato sang Proklamator, setelah dibaca ulang tetap saja tak berhasil mendapatkan gambaran suasananya. Mendekati saja tidak, apalagi sesunggunya.

Kiranya para punggawa sepuh atau seniorita-seniorita di rumah kompasiana ini berkenan memoles di sana-sini, monggo dipersilahkan. Paling tidak ini lah yang terdengar dari rekaman pidato Bung Karno yang bertajuk “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” tsb :

Video itu bermula dengan posisi Bung Karno yang sudah berdiri di atas pangung, didampingi oleh beberapa stafnya. Sepertinya ada bagian awal dari suara Bung Karno yang tidak terekam. Yang langsung tedengar adalah :

“… syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Ia telah menuntun dan melindungi bangsa dan negara kita, hingga kita telah selamat sampai kepada hari yang berbahagia sekarang ini. Dan moga-mogalah lindungan-Nya dan tuntunan-Nya itu tetap dikaruniakan kepada bangsa dan negara kita dalam memasuki tahun yang ke-22 dari kehidupannya. Dan selanjutnya, lindungan dan tuntunan Tuhan itu sangat kita perlukan dan sangat kita mohonkan. Sebab, tiada sesuatu berjalan selamat tanpa ridho-Nya, Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan, masa depan yang akan kita masuki sudahlah menampakan gejala-gejala yang menunjukan akan datangnya masa yang lebih berat,” setelah bagian ini rekaman terlihat seperti ada jeda.

Suara Bung Karno pada bagian berikutnya adalah :

“Surat Perintah 11 Mart itu mula-mula, dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik … sorak sorai…, kesenangan !!!,” suaranya mulai merambat naik.

Tanpa menurunkan intonasi suaranya, Bung Karno meneruskan, “Dikiranya SP 11 Mart adalah satu penyerahan pemerintahan !. Dikiranya SP 11 Mart itu satu transfer of (kurang jelas), transfer of authority, padahal tiiidak !!!” Kata ‘Tidak !!!’ diucapkanya dengan setengah berteriak.

“SP 11 Mart adalah satu perintah pengamanan !!, perintah pengamanan jalannya pemerintahan !! , pengamanan jalannya… any pemerintahan !!. Demikian kataku pada waktu melantik kabinet. Kecuali itu, juga perintah pengamanan keselamatan pribadi presiden !!, perintah pengamanan wibawa presiden !!, perintah pengamanan ajaran presiden !!, perintah pengamanan beberapa hal, “ ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan tekanan suara yang lebih tinggi,

“Dan, Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik !!!. Saya mengucapkan terimakasih kepada Jenderal Soeharto akan hal ini,” diucapkan dengan suara setengah berteriak, dan disambut gemuruh tepuk tangan hadirin.

Rekaman kembali seperti ada jeda, atau semacam suntingan. Dan lanjutannya ialah :

“... jiwa kita yang sedalam-dalamnya, maka pokok inti sari mandat..!!!,” Bung Karno berteriak lagi dan kembali mengulang kata-kata itu satu per satu dengan lebih berapi-api: “pokok… inti… sari… mandat, yang saya terima dari MPRS ialah ... membangun bangsa !!, nation building !!, dari kemerosotan zaman kolonial, untuk dijadikan suatu bangsa yang berjiwa !!, yang dapat dan mampu menghadapi semua tantangan..., atau bangsa yang merdeka !! dalam abad ke-20 ini !! Itulah inti sari pokok dari mandat MPRS kepada saya !!!,” lagi-lagi diucapkan dengan lebih keras dan hampir berteriak sambil memukul-mukulkan telapak tangan kanannya pada kertas yang dipegang di tangan kirinya.

Bung Karno melanjutkan, “Sesungguh nya toh..., bahwa membangun suatu negara !, membangun ekonomi !, membangun teknik !, membangun pertahanan...!!, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya ...!!!, mem-ba-ngun jiwa bangsa !!!,” pada bagian ini ia benar-benar sudah berteriak.

“Bukankah demikian ??? Sekali lagi, bukankah demikian ??!!!,” teriaknya.

“Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiiiiwaaaa !!! yang besaaar !!! tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya. Inilah perlunya..., sekali lagi MUTLAK perlunya !!! nation and character building !!!,” lanjut Bung Karno masih berteriak.

Rekaman kembali ada suntingan, lanjutan bagian berikutnya adalah :

“Sudah terang.., gestof(p)* kita kutuk !!!,” Bung Karno sampai terbatuk kecil saking kerasnya suara beliau, dan hadirin kembali bersorak sambil bertepuk tangan. “Dan saya !!! Saya  !!! mengkutuk pula !!!,” teriak Bung Karno diiringi sorak dan tepuk tangan hadirin.

(Ket * = sebuah kata yang tidak begitu jelas, terdengar seperti gestof atau gestop. Mengingat pidato itu tahun 1966, dan menyimak konteks yang dibicarakan berikutnya, saya menangkapnya sebagai kata untuk menyebutkan gestapu -gerakan tiga puluh-, atau yang lebih dikenal G30S.)

Bung Karno meneruskan sambil masih diselingi teriakan-teriakannya, “Dan seperti sudah kukatakan berulang kali dengan jelas !!! dan tandas !!!, yang ber-sa-lah harus di-hu-kum !!! Untuk itu.., aku bangunkan Mahmilub !!! Tetapi kenapa kita sesudah terjadinya gestof(p) itu harus robah haluan ?? Kenapa kita sesudah terjadinya gestof(p) itu harus melempar jauh beberapa hal yang sudah nyata baik ???”

“Tidak !!! Panca Sila !!!, Panca Ajimat !!! Tri Sakti !!!  Haaarus kita pertahankan terus !!! Malah harus kita pertumbuhkan terus... !!!,” teriak Bung Karno yang lagi-lagi disambut sorak-sorai tepuk tangan masyarakat yang hadir mendengar pidato itu. Rekaman pidato itupun berhenti sampai disini.

Sumber : Video Pidato Bung Karno HUT RI 1966 : “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline