Sejak terungkapnya sepak terjang Babeh yang telah menghabisi nyawa dan memutilasi 7 sampai 8 orang anak, istilah sodomi jadi marak dibicarakan dimana-mana. Karena menurut pengakuan sang kakek, core business nya dalam tindak kriminal itu adalah untuk sebuah keuntungan yaitu s.o.d.o.m.i. Mengenaskan memang, hanya demi satu kata itu ia tuli mata gelap telinga dan hilang segala akal pikir, lalu berjatuhanlah korban. Tidak tanggung-tanggung, 8 orang bocah sudah di ‘mbat. Tentu kejadian ini menarik perhatian banyak pihak khususnya media, bahkan jika dilakukan komparasi manual (kira-kira), beberapa hari belakangan ratingnya mungkin sama dengan rating kasus Bank Century.
Menurut pengakuannya juga seperti banyak diberitakan, yang jadi targer operasi sang kakek adalah para anak jalanan. Maka selain tingginya perhatian masyarakat terhadap ulah sang kakaek pada sisi tindak kriminalnya (khususnya oleh apart), belakangan juga bermunculan perhatian terhadap besarnya kemungkinan sodomisasi yang dialami oleh anak jalanan di kota-kota besar, khususnya di Jakarta. Diduga anak jalanan banyak menjadi korban sodomi.
Entah untuk mengetahui berapa banyak anak jalanan yang sudah menjadi korban sodomi ataukah untuk mendata berapa banyak yang belum pernah disodomi, maka razia duburpun digelar. Karena memang, organ tubuh anak-anak tsb yg menjadi orientasi sodomi adalah dubur. Karena memang, kalau bukan dubur namanya bukan sodomi. Sejatinya, razia dubur yang dimaksud tentu memeriksa keadaan dubur itu sendiri. Terus terang karena memang bukan ahlinya, saya sendiri belum terang apakah masudnya dubur itu diperiksa secara fisik kasta mata atau mungkin dengan analogi tertentu. Terlepas dari metode pemeriksaan terhadap dubur atas dugaan korban sodomi, saya tergelitik oleh komentar seorang teman yang ditulis dihalaman facebooknya :”Korban sodomi, Polisi razia dubur. Kalo korban perkosaan, yang dirazia apa ya?”. ?!?!?!?
Buat Om Barkah, “Sorry ya, statusnya saya kopi paste di sini.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H