Apakah kamu pernah memperhatikan video atau cerita orang yang menjadi sering jalan kaki saat berlibur di luar negeri, namun di Indonesia malah sebaliknya? Orang tersebut tak segan membagikan walking tracker-nya yang bisa mencatat jarak lebih dari 10 km.
Memang sudah bukan rahasia lagi bahwa budaya jalan kaki di luar negeri telah mendarah daging dalam diri masyarakatnya. Sementara di negeri sendiri, kebiasaan jalan kaki hanya bisa dirasakan di beberapa tempat saja, bahkan negara kita terkesan mendukung aksesibilitas kendaraan pribadi.
Alasan orang Indonesia 'malas' jalan kaki
Setelah mengamati dari postingan tersebut, sebenarnya masyarakat Indonesia tidak bisa disebut sebagai penduduk yang malas jalan kaki. Masalahnya terletak pada infrastruktur yang kurang memadai.
Beruntunglah jika di tempat kita tersedia trotoar yang layak, sehingga tidak perlu mengalah dengan pedagang kaki lima sampai berhimpit-himpitan dengan kendaraan bermotor.
Faktor iklim juga turut memengaruhi. Tetapi alasan ini semestinya menjadi evaluasi kepada pemerintah agar membangun infrastruktur pejalan kaki sesuai kondisi iklim tropis. Seperti diketahui, Singapura telah lebih dulu mengembangkan infrastruktur pejalan kaki.
Melansir dari Kompas.id, Singapura merancang jalur pejalan kaki dengan ukuran lebar dan dinaungi oleh peneduh agar pejalan kaki dapat melakukan mobilitas dengan nyaman, baik saat cuaca cerah maupun hujan. Selain itu, Singapura juga mengatur transportasi umum yang dapat dijangkau dari fasilitas publik.
Cara yang bisa dilakukan agar tidak malas jalan kaki
Kelaikan infrastruktur merupakan solusi yang diperlukan untuk mendorong kebiasaan jalan kaki masyarakat Indonesia. Hendaknya peruntukkan jalan diseimbangkan antara kendaraan bermotor dan pejalan kaki.
Jalan yang baik dapat mengakomodasi pergerakan pejalan kaki melalui pembangunan trotoar yang berbasis user-centered design, serta penyediaan jalur penyebrangan dan peneduh seperti atap, halte, dan pohon.