Dalam edisi terbaru laporannya, International Diabetes Federation (IDF) memprediksikan bahwa dalam 23 tahun ke depan, jumlah penderita diabetes di Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 46,6 persen. Dari 19,5 juta pengidap pada 2021 lalu, jumlah tersebut diperkirakan akan mencapai 28,6 juta pada 2045. Hal ini pun menjadi urgensi perbaikan pola makan generasi muda Indonesia.
Menurut Lee & Yoon (2014, dalam Ar-Rahmi et al., 2020), mahasiswa umumnya sedang mengalami masa peralihan menuju kedewasaan dari segi fisik, psikis, dan sosial. Sebagian besar dari mereka sudah mulai keluar dari rumah dan mengurus dirinya sendiri. Pada masa adaptasi itu, mereka umumnya memiliki banyak aktivitas sehingga kerap kewalahan dalam mengatur pola makan.
Ballingall & Avgoulus (2008, dalam Ar-Rahmi et al., 2020) berpendapat bahwa fenomena ini terjadi karena "mahasiswa belum terbiasa menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan menentukan pilihan makanan yang akan dikonsumsi". Oleh sebab itu, penyediaan makanan yang menunjang pola makan sehat di kampus menjadi penting.
Di Kampus Jatinangor Universitas Padjadjaran (Unpad), tersebar puluhan kantin dalam area berbagai fakultas. Akan tetapi, jenis menu yang disajikan oleh kantin-kantin tersebut cenderung mirip antara satu dengan yang lainnya. Adapun menu-menu yang sangat umum disajikan pada setiap kantin fakultas, di antaranya adalah nasi goreng, mie goreng, dan ayam geprek.
Secara garis besar, kantin-kantin di Unpad lebih banyak menyajikan makanan berkarbohidrat tinggi, seperti nasi goreng dengan topping berupa sosis dan nugget, serta hidangan lainnya yang berbahan dasar tepung dan diolah dengan cara digoreng. Alhasil, selain tinggi karbohidrat, hidangan di kantin-kantin itu juga tinggi akan lemak trans.
Saat ditanya pendapatnya terkait menu yang bergizi kurang seimbang pada kantin-kantin di area Unpad, Lulu, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad mengatakan, "kayaknya, sih... bukan (sekadar) kebanyakan (makanan berkarbohidrat tinggi), tapi emang modelan makanan yang ada di kantin, tuh, kayak gitu semua."
Pernyataan Lulu bukannya tanpa dasar. Beberapa kantin, seperti Kantin Pojok Kita di Fakultas Pertanian (Faperta) Unpad, memang hanya menyajikan nasi, telur, dan mie instan. Dengan begitu, mahasiswa yang menghabiskan banyak waktunya beraktivitas di Fakultas Pertanian hanya memiliki pilihan yang terbatas, mengingat kantin tersebut adalah satu-satunya kantin di fakultas tersebut.
Di Shokudou atau Kantin Pusat Studi Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), menu yang disajikan lebih bervariasi. Untuk makanannya, terdapat berbagai lauk dan sayuran yang dihidangkan secara prasmanan sehingga para mahasiswa dapat memilih sendiri lauk yang sekiranya mereka butuhkan. Tak hanya itu, tersedia pula berbagai jus buah yang dapat dipesan di kantin tersebut.
Meski menyediakan berbagai jus buah untuk dipesan, jus buah yang disajikan di Shokudou umumnya mengandung gula dalam kadar yang cukup tinggi. Sebagai contoh, dalam jus alpukatnya terkandung gula dari air gula, susu kental manis original (tanpa perisa), dan susu kental manis rasa coklat yang ditambahkan ke dalamnya.
Hal ini menjadi sebuah masalah mengingat konsumsi karbohidrat, gula, dan lemak yang tinggi dapat memicu obesitas. Lebih jauh lagi, obesitas pun dapat menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya diabetes. Kantin-kantin di Unpad seharusnya dapat berkontribusi dalam mencegah peningkatan prevalensi penyakit ini dengan memperhatikan kandungan gizi dalam makanan yang disajikannya.