Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Resistensi Antibiotik Menjadi PR Farmasis Muda

Diperbarui: 11 Mei 2023   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ketika kita sakit karena terinfeksi oleh bakteri, pasti di pikiran kita adalah mengkonsumsi antibiotik, bukan? Lalu bagaimana jika ternyata setelah diberi antibiotik, bakteri yang menginfeksi kita masih tetap hidup dan tidak terhambat pertumbuhannya?

Pernahkah anda memiliki antibiotik tertentu yang menjadi andalan anda ketika sedang mengalami diare? Lalu suatu waktu ketika anda mengkonsumsi antibiotik tersebut diare anda tetap tidak sembuh padahal biasanya sembuh? Kenapa ini bisa terjadi?. Fenomena ini disebut sebagai antibiotik resisten. Kondisi ketika antibiotik tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri sehingga penyakit akibat infeksi bakteri tidak dapat disembuhkan. Kondisi ini dapat terjadi ketika kita mengkonsumsi antibiotik secara berulang untuk penyakit yang sama. Lambat laun, bakteri yang membawa penyakit tersebut akan berevolusi dan menjadi semakin kuat dan tidak bisa dihambat lagi oleh antibiotik tersebut. 

Lalu apa bahayanya?. Sebagian orang mungkin berpikir, "Tinggal ganti obat saja dengan merk yang beda". Namun nyatanya tidak se-simple itu. Obat-obatan memiliki bahan pokok yang disebut Active Pharmaceutical ingredients (API). API ini dipakai sebagai formula utama dalam membuat obat, hanya beberapa bahan tambahan yang berbeda dari setiap merk obat. Sehingga apabila bakteri sudah resisten terhadap API yang digunakan untuk membuat antibiotik, akan sulit dalam menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Penyakit seperti pneumonia, tuberculosis, tetanus yang disebabkan oleh bakteri apabila tidak segera disembuhkan dapat berakibat fatal bahkan sampai kematian.

Disinilah peran generasi muda khususnya yang bergerak di bidang pembuatan obat seperti apoteker dalam mengembangkan obat baru yang mempu melawan revolusi  dari bakteri. Karena bakteri terus berevolusi, apoteker masa depan dituntut untuk mampu mengembangkan obat yang efisien dan berkhasiat dengan waktu yang singkat namun tetap memperhatikan kualitas. Dengan begitu, jutaan nyawa akan dapat diselamatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline