Gas pembuangan hasil pemanasan kendaraan bermotor telah menjadi masalah serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, emisi gas dari knalpot kendaraan menjadi ancaman yang semakin nyata.
Gas hasil pembakaran kendaraan bermotor, yang mengandung karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), partikulat, dan senyawa organik volatil (VOCs), telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan gas-gas berbahaya ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya risiko masalah pernapasan, termasuk iritasi paru-paru, infeksi saluran pernapasan, dan peningkatan kasus asma.
Partikulat halus yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat menembus jauh ke dalam saluran pernapasan dan masuk ke dalam aliran darah. Akibatnya, partikulat ini dapat menyebabkan iritasi pada jaringan paru-paru, merusak jaringan paru-paru, dan memicu reaksi inflamasi dalam sistem pernapasan.
Dampak lainnya adalah meningkatkanpotensi penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke. Gas hasil pembuangan kendaraan bermotor dapat menyebabkan peradangan dalam pembuluh darah, merusak endotel pembuluh darah (lapisan dalam pembuluh darah), dan meningkatkan risiko pembentukan plak aterosklerotik (pengerasan arteri) sehingga sistem aliran darah terganggu.
Sementara itu, karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan keracunan CO, menyebabkan gejala seperti sakit kepala, pusing, bahkan kematian pada paparan dalam jumlah yang cukup tinggi.
Para ahli kesehatan dunia mendorong langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas kendaraan, termasuk penggunaan teknologi yang lebih bersih, pengembangan bahan bakar alternatif, dan transportasi berkelanjutan. Inisiatif ini diperlukan untuk melindungi kesehatan manusia dan meningkatkan kualitas udara yang kita hirup setiap hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H