Ki Hajar Dewantara, pendiri Tamansiswa, memiliki pendapat tentang pendidikan yang sangat relevan dengan zaman modern. Beliau menekankan pendidikan yang berpusat pada anak yang relevan dengan kehidupan nyata dan mampu mengembangkan seluruh potensi murid atau siswa.
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum yang relevan dan berbasis masalah menjadi hal yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita pendidikan Tamansiswa. Kurikulum yang relevan adalah kurikulum yang dapat menghubungkan mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Kurikulum semacam ini akan membuat siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki makna dan manfaat. Dalam perspektif Tamansiswa, relevansi kurikulum dapat dicapai dengan:
- Menggunakan bahan ajar yang kontekstual: Materi pelajaran dikaitkan dengan isu-isu dan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Misalnya, dalam pembelajaran sejarah, siswa dapat mempelajari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam konteks perjuangan saat ini melawan ketidakadilan sosial.
- Melibatkan siswa dalam kegiatan proyek: Proyek yang diberikan kepada siswa haruslah proyek yang relevan dengan kehidupan mereka. Misalnya, siswa dapat diberikan proyek untuk melakukan penelitian tentang masalah lingkungan di sekitar sekolah atau diberikan proyek untuk membuat produk yang berguna bagi masyarakat.
- Berikan Kesempatan bagi Siswa untuk Belajar di Luar Kelas: Kegiatan belajar di luar kelas, seperti kunjungan industri, studi banding, atau kemitraan dengan masyarakat, dapat memperluas wawasan siswa dan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
Kurikulum Berbasis Masalah: Membelajarkan Siswa untuk Memecahkan Masalah
Kurikulum berbasis masalah adalah kurikulum yang menempatkan siswa sebagai pemecah masalah. Siswa diajak untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks Tamansiswa, kurikulum berbasis masalah dapat dikembangkan dengan cara:
- Mulai pembelajaran dengan masalah: Setiap pembelajaran diawali dengan sebuah masalah yang autentik dan relevan dengan kehidupan siswa. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, siswa dapat diajak untuk menyelesaikan masalah berupa perhitungan.
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama: Siswa diajak untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi atas masalah yang diberikan. Hal ini akan melatih kemampuan siswa untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berpikir kritis.
- Membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah: Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan solusi. Guru tidak memberikan jawaban yang siap pakai, tetapi membantu siswa untuk berpikir secara mandiri dan menemukan solusi terbaik.
Pengembangan kurikulum yang relevan dan berbasis masalah membutuhkan integrasi nilai-nilai Tamansiswa secara menyeluruh. Nilai-nilai seperti gotong royong, kemandirian, dan tanggung jawab dapat dipupuk melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Misalnya, melalui proyek kelompok, siswa diajarkan untuk bekerja sama dan saling membantu. Pada saat yang sama, melalui presentasi, siswa dilatih untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
Tantangan dan Solusi
Pengembangan kurikulum yang relevan dan berbasis masalah tentu mempunyai berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya, kurangnya kesiapan guru, dan tuntutan kurikulum yang sangat padat. Dalam menghadapi itu semua, maka dibutuhkan beberapa upaya, yaitu:
- Peningkatan kompetensi guru: Guru perlu diberikan pelatihan yang memadai untuk dapat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum yang relevan dan berbasis masalah.
- Pengembangan sumber daya pembelajaran: Sekolah perlu menyediakan berbagai sumber daya pembelajaran yang mendukung implementasi kurikulum, seperti buku teks yang relevan, alat peraga, dan fasilitas laboratorium.
- Kerjasama dengan berbagai pihak: Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan dunia usaha untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dan up-to-date.
Pengembangan kurikulum yang relevan dan berbasis masalah kunci tercapainya cita-cita pendidikan Taman Siswa. Dengan kurikulum demikian, lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tapi juga kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, lulusan sekolah akan siap menghadapi tantangan dunia kerja dan berkontribusi untuk pembangunan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H