Lihat ke Halaman Asli

Menjual Keyakinan

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada sesuatu yang tidak dijual sekarang ini, celetuk seorang teman. Mulai barang sepele sampai barang berharga. Dari barang tidak rahasia barang yang seharusnya dirahasiakan. Siapa yang pernah membayangkan air yang notabenenya melimpah ruah dinegeri kita sekarang menjadi barang ekonomis. Tukang cuci yang dulu diwakili simbok-simbok pun sekarang menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan. Bahkan kebutuhan sex yang dulu begitu disakralkan pun sekarang menjadi sekedar sebuah kebutuhan yang bisa dipuaskan secara ekonomis.

Dunia menjadi sedemikian mencengangkan sekaligus mengkhawatirkan. Kebutuhan manusia yang berpusat pada nafsu perut sedemikian tidak terbatas untuk dipenuhi. Dilain pihak kebutuhan rohani semakin mengkerdil, tersisih terpisah menjadi sekedar ilmu pengetahuan untuk dihapal dan dipuji. Dipandang tiada bermanfaat untuk kepentingan dunia. Agama dan yang bersifat rohani adalah sebuah masalah pribadi yang tidak usah dibawa-bawa dalam urusan dunia.

Semua hal harus cepat dan mudah, pokoknya serba instant. Dan yang paling penting bisa langsung dirasakan manfaatnya. Kalau makan bisa lansung terasa nikmat dan kenyangnya. Bagaimana dengan rohani dalam hal ini adalah agama, hasilnya apa? Ya suruh aja masuk surga duluan kalau ingin tahu, kata si Paijo ustad instant. Memangnya ingin mati dulu, padahal hidup masih terasa nikmat dan kalau bisa diperpanjang.

Persoalan yang bukan soal diatas terkadang menjadi banyak kekhawatiran banyak orang khususnya orangtua. Begitu banyak hal dunia yang ditawarkan dan begitu sedikit makanan hati yang ditawarkan. Hal bersifat dunia memang tak semua jelek, akan tetapi berat sebelah bisa membuat segalanya jadi tidak berimbang, miring dan akhirnya ambruk. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Akan tetapi rasanya perlu segera dipikirkan dan diambil tindakan nyata untuk mengatasinya.

Kemarin pemerintah telah membuat sebuah kurikulum bernama K13. Yaitu kurikulum yang mengutamakan pengembangan karakter yang mencerminkan kegelisahan pemerintah melihat perkembangan moral masyarakat. Meski ditunda hal tersebut sudah membuktikan bahwa masalah ini tidak bisa ditunda lagi penyelesainnya. Manusia yang rusak moralnya bisa membahayakan suatu bangsa. Organisasi keagamaan pun telah berusaha dengan masing-masing kegiatan dan dakwahnya. Namun semua seolah berdiri sendiri-sendiri. Tak ada kesatuan, seperti lidi yang tercerai berai. Tak punya kekuatan untuk membersihkan masalah.

Lho apakah bisa agama dipersatukan? karena semua berdasarkan keyakinan yang tidak sama. Tidak harus dalam satu keyakinan untuk bersama, urusi umat masing-masing dengan baik maka semua akan aman. Sayangnya potensi sumberdaya untuk menyelesaikan masalah di negara ini tidak pernah di maksimalkan kecuali waktu pemilu. Bahkan hanya dijadikan hiasan dan legitimasi kalau dibutuhkan.

Di negara ini semua harus mandiri brow, jangan bermimpi banyak dari pemerintah bahkan untuk mengatasi persoalan bangsa. Persoalan yang seharusnya menjadi porsi pemerintah untuk menyelesaikannya. So, bangun dan mulai bergerak. Jika semua bisa ditawarkan maka kenapa hal baik tidak kita tawarkan. Jual agama dengan profesional.

Menjual sesuatu haruslah profesional, jangan setengah- setengah. Persaingan dibidang rohani juga sangat ketat. Nilai-nilai yang berlawanan saling tumbuk menguji mental konsumen untuk memilih, memilah dan memutuskan membeli sesuai dengan kebutuhan. Hukum pasar berlaku begitu lepas dan bebas. Pertimbangan jangka panjang apalagi setelah mati tak masuk dalam point yang dipakai..

Jadi bagaimana memulainya ?

Banyak cara untuk memulainya, banyak trik yang bisa dipakai dalam pemasaran. Akan tetapi secara garis besar penjualan dimulai dengan mengetahui pangsa pasar yang hendak digarap. Lantas mengetahui daftar kebutuhan dan berusaha memenuhi. Mudah bukan teorinya ? Tapi tak mudah prakteknya. Pemenuhan kebutuhan rohani secara cepat memerlukan pelayanan yang prima dan sempurna. Tidak boleh ada kesalahan. Dan jangan lupa! hanya bisa dibeli dengan iman.

Menjual agama dengan baik juga memerlukan sebuah manajemen pemasaran yang jitu. Bukan sekedar berdakwah secara biasa tetapi harus istimewa. Produk harus diperkenalkan secara terus menerus dan teratur serta konsisten. Jadikan gaya hidup baru yang dibuat bukan untuk menandingi sesuatu yang lain. Akan tetapi untuk menjadi solusi. Juga bukan karena sekedar membalas dendam. Akan tetapi dilakukan dengan pelayanan yang ikhlas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline