Lihat ke Halaman Asli

Penerapan Standart Panen Tanaman Tebu untuk Menyongsong Swasembada Gula Indonesia

Diperbarui: 4 September 2022   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tanaman  tebu merupakan komoditas  perkebunan yang   penting   sebagai   bahan   baku   utama   dalam produksi  gula.  Peningkatan  konsumsi  gula Indonesia sebesar  3%pada  tahun  2013  disebabkan  adanya peningkatan 

 permintaan  industri  makanan  dan  mininuman dari 2,6 juta ton menjadi 2,7 juta ton disamping peningkatan permintaan gula konsumsi rumah tangga dari  2,42  juta  ton  menjadi  2,5  juta  ton.  Peningkatan konsumsi   gula   tersebut   hendaknya   diikuti   dengan peningkatan  produktivitas  tanaman  tebu

Perkembangan produktivitas industri gula di Indonesia, mulai tahun 1941 sampai tahun 2013, hasilnya sangat memprihatinkan dan memalukan. Sebagai gambaran rata-rata bobot tebu/ha, rendemen/ha, hablur/ha tahun 1941 masing-masing 134,34 ton/ha, 12,6/ha, 13,6 ton/ha. Rata-rata bobot tebu/ha, rendemen/ha, hablur/ha tahun 2013 masing-masing 76,30 ton/ha, 7,18/ha, 5,48 ton/ha. Fakta dan variabel tersebut, menunjukkan budaya perilaku ketidak profesional dan ketidak jujuran sebagian besar stakeholder di Industri gula ini, semakin membudaya dan semakin membahayakan jati diri bangsa dan ketahanan pangan maupun ketahanan nasional

Manajemen panen dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara efisien dan dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui manajemen panen, penyediaan tebu di pabrik akan dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien.Kegiatan panen termasuk dalam tanggung jawab staf lapangan melalui karyawan pelaksana, karena mereka harus menyerahkan tebu hasil panennya ditimbangan pabrik. 

 Untuk meningkat kan produksi menuju swasembada gula Indonesia sistem tebang ini sangat berpengaruh untuk menyongsong produksi gula Indonesia dengan menebang tebu dengan pandes menyisakan 5 cm dari bawah tanah karena bagian bawah pada tanaman tebu memiliki berat dan rendemen yang tinggi untuk menyongsong produksi gula inndonesia

Dengan itu sistem panen dalam mengumpulkan tebu dengan cara di ikat sangat berpengaruh dalan meningkat kan produksi di karenakan agar tidak ada nya tebu yang tertinggal dalam lapangan dan perjalan saat di bawa ke pabrik, dengan itu penen dan supir truck di tanaman tebu sangat memperhatikan hal tersebut apabila tidak memperhatikan menyebabkan kurangnya produksi.

Dalam sistem pemanenan tebu untuk menghindari turun nya rendemen pada tebu harus cepat diantar ke pabrik dalam istilah TMA (tebang muat Angkut) dengan itu tebu cepat di oleh untuk menghidari turun nya rendemen pada tebu, dengan Sitsem TMA rendemen tebu bisa naik >7% dengan itu bisa menyongsong swasembada gula di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline