Lihat ke Halaman Asli

allya rahma zulin

mahasiswa universitas andalas

Akses Kesehatan untuk Masyarakat miskin: Solusi untuk Indonesia Sehat dan Adil

Diperbarui: 18 Desember 2024   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan adalah salah satu isu sosial yang paling kompleks dan berdampak luas di Indonesia. Meskipun Indonesia telah mengalami kemajuan ekonomi dalam beberapa dekade terakhir, masalah kemiskinan masih menjadi tantangan utama bagi banyak keluarga di berbagai daerah, terutama di pedesaan dan kawasan-kawasan terpencil. Salah satu dampak terbesar dari kemiskinan adalah terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Ketika masyarakat tidak memiliki sumber daya ekonomi yang cukup, mereka sering kali kesulitan untuk memperoleh pelayanan medis yang dibutuhkan, yang pada gilirannya memperburuk kondisi kesehatan mereka. Ada beberapa hambatan bagi masyarakat miskin dalam mengakses layanan kesehatan, yaitu:

1. Biaya Kesehatan yang Tinggi
Salah satu hambatan terbesar bagi masyarakat miskin dalam mengakses layanan kesehatan adalah biaya yang tinggi. Di Indonesia, meskipun ada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi seluruh rakyat, kenyataannya banyak masyarakat yang masih merasa terbebani oleh biaya layanan kesehatan. Biaya ini dapat memaksa masyarakat miskin untuk menunda pengobatan atau bahkan tidak berobat sama sekali. Mereka mungkin lebih memilih untuk mengandalkan pengobatan tradisional atau bahkan tidak berusaha untuk mendapatkan bantuan medis, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Di daerah-daerah terpencil, misalnya di Papua atau Nusa Tenggara Timur, banyak keluarga yang tidak terdaftar dalam program JKN atau memiliki masalah dengan administrasi BPJS Kesehatan. Bahkan bagi mereka yang terdaftar, ada biaya tambahan yang tidak bisa dijangkau, seperti biaya obat-obatan, transportasi ke fasilitas kesehatan, atau biaya tindakan medis yang tidak sepenuhnya ditanggung oleh BPJS.

2. Akses yang Terbatas ke Fasilitas Kesehatan
Selain masalah biaya, masalah geografis juga menjadi hambatan besar dalam akses layanan kesehatan. Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, dan sebagian besar penduduk tinggal di daerah yang terpencil dan sulit dijangkau. Jarak yang jauh dan akses transportasi yang terbatas memaksa banyak orang untuk menunda atau bahkan mengabaikan kebutuhan medis mereka. Dalam beberapa kasus, penderita penyakit berat atau kecelakaan mungkin tidak dapat menerima pertolongan medis tepat waktu, yang dapat berujung pada komplikasi serius atau bahkan kematian.
Di beberapa daerah di Papua, Maluku, dan Kalimantan, fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit sangat jarang. Bahkan di kota-kota besar sekalipun, seperti Makassar atau Jayapura, sering kali masyarakat miskin harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Di daerah-daerah ini, transportasi ke pusat layanan kesehatan sering kali menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan hanya mengandalkan angkutan umum yang terbatas.

3. Keterbatasan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Banyak orang miskin, terutama yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang pentingnya layanan kesehatan preventif atau pengobatan yang tepat. Kurangnya informasi tentang cara mencegah penyakit, cara merawat diri sendiri, dan kapan harus mencari pertolongan medis dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengobatan dan perawatan. Kurangnya informasi ini sering kali disebabkan oleh keterbatasan sumber daya pendidikan di daerah-daerah miskin, serta minimnya upaya pemerintah dalam menyediakan penyuluhan kesehatan yang mudah diakses. Hal ini berkontribusi pada rendahnya tingkat kesadaran kesehatan dan akhirnya menghambat akses ke layanan medis yang diperlukan.
Misalnya, di daerah pedesaan di Jawa Tengah, banyak ibu rumah tangga yang tidak tahu pentingnya pemeriksaan antenatal (pemeriksaan kehamilan) untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Mereka mungkin menganggap bahwa kehamilan adalah hal yang wajar dan tidak membutuhkan perhatian medis khusus sampai masalah kesehatan terjadi. Akibatnya, mereka berisiko melahirkan tanpa adanya pertolongan medis yang memadai atau menghadapi komplikasi serius yang bisa dicegah.

4. Keterbatasan Tenaga Kesehatan dan Kualitas Layanan
Di banyak daerah miskin, fasilitas kesehatan sering kali kekurangan tenaga medis yang terlatih dan berkualitas. Hal ini membuat masyarakat tidak hanya kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang cepat, tetapi juga sering kali mendapatkan layanan yang kurang memadai. Keterbatasan tenaga kesehatan dan infrastruktur medis yang kurang memadai semakin memperburuk kesenjangan akses layanan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin yang paling membutuhkan perawatan segera.
Di beberapa wilayah di Indonesia Timur, seperti di Kabupaten Puncak Jaya, Papua, terdapat masalah kekurangan dokter dan tenaga medis lainnya. Puskesmas setempat hanya memiliki tenaga kesehatan yang terbatas, dan banyak tenaga medis yang tidak cukup terlatih untuk menangani kasus-kasus yang lebih kompleks. Selain itu, peralatan medis yang usang dan kurangnya pasokan obat-obatan membuat kualitas pelayanan kesehatan di daerah-daerah ini menjadi sangat terbatas.

5. Stigma Sosial dan Diskriminasi
Bagi sebagian masyarakat miskin, ada juga masalah sosial yang berkaitan dengan stigma atau diskriminasi ketika mereka mencoba mengakses layanan kesehatan. Mereka mungkin merasa diperlakukan tidak adil atau dipandang rendah oleh petugas medis, terutama jika mereka tidak dapat membayar biaya layanan atau berasal dari kelompok sosial tertentu. Stigma sosial ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap sistem kesehatan, yang pada gilirannya menyebabkan masyarakat miskin enggan mencari pertolongan medis, meskipun mereka sangat membutuhkan.
Di beberapa daerah di Indonesia, pasien yang datang dari keluarga miskin atau yang tidak mampu membayar biaya pengobatan sering kali diperlakukan dengan diskriminasi. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin diminta untuk menunggu lebih lama atau tidak mendapatkan perhatian yang setara dengan pasien yang lebih mampu secara finansial.

Solusi dan Rekomendasi
Untuk mengatasi kemiskinan yang menghambat akses terhadap layanan kesehatan di Indonesia membutuhkan berbagai langkah yang terintegrasi dan berkelanjutan, beberapa solusi perlu dipertimbangkan, antara lain:

1. Peningkatan Infrastruktur Kesehatan di Daerah Terpencil
Akses terhadap layanan kesehatan yang baik sangat bergantung pada infrastruktur yang ada. Di banyak daerah miskin, terutama di kawasan pedalaman dan pulau-pulau kecil, fasilitas kesehatan masih sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Untuk itu, pemerintah perlu fokus pada pembangunan dan perbaikan fasilitas kesehatan di daerah-daerah terpencil, sehingga masyarakat dapat lebih mudah mengakses perawatan medis. Seperti Pembangunan puskesmas dan rumah sakit lapangan di daerah yang jauh dari pusat kota, agar masyarakat tidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan perawatan medis. Dengan fasilitas kesehatan yang lebih mudah dijangkau, masyarakat miskin tidak akan merasa terbebani dengan jarak atau waktu yang harus ditempuh untuk mendapatkan layanan kesehatan. Ini juga mengurangi tingkat kematian akibat keterlambatan perawatan.

2. Peningkatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Program JKN adalah salah satu upaya pemerintah untuk memberikan akses kesehatan kepada seluruh warga negara, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Meskipun JKN sudah ada, masih banyak masyarakat miskin yang merasa kesulitan untuk memanfaatkan program ini, baik karena masalah administrasi, kurangnya informasi, maupun biaya tambahan yang tidak ditanggung oleh BPJS. Penyebaran informasi melalui sosialisasi yang di lakukan di beberapa daerah terpencil  sangat di perlukan untuk menyebarluaskan program ini sehingga dapat di manfaatkan dengan sangat baik terutama oleh masyarakat kurang mampu. Baiknya di lakukan Sosialisasi yang lebih intensif mengenai manfaat dan prosedur pendaftaran JKN, terutama di daerah-daerah terpencil, agar masyarakat tahu bagaimana cara mengakses program ini dengan mudah. Dengan program JKN yang lebih terjangkau dan mudah diakses, masyarakat miskin dapat lebih yakin untuk mencari perawatan medis sejak dini, sehingga mengurangi risiko penyakit yang lebih parah akibat keterlambatan pengobatan.

3. Edukasi dan Penyuluhan Kesehatan
Salah satu alasan mengapa banyak masyarakat miskin tidak mendapatkan perawatan yang memadai adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan dan cara mengakses layanan kesehatan yang ada. Oleh karena itu, edukasi dan penyuluhan kesehatan harus diperkuat agar masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan dan pencegahan penyakit. Sebaiknya penyuluhan kesehatan di tingkat desa,  dilakukan oleh petugas kesehatan atau organisasi non-pemerintah (NGO) melalui program-program seperti posyandu (pos pelayanan terpadu) atau sekolah-sekolah sehat. Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan lebih proaktif dalam menjaga kesehatannya, lebih cepat dalam mencari perawatan medis jika diperlukan, serta dapat lebih mudah mengenali gejala penyakit yang membutuhkan penanganan segera.

4. Peningkatan Kualitas Tenaga Kesehatan di Daerah Terpencil
Masalah besar lainnya yang sering dihadapi oleh masyarakat miskin adalah keterbatasan tenaga medis yang berkualitas di daerah terpencil. Di banyak daerah, terutama di wilayah-wilayah yang lebih terpencil, kekurangan tenaga medis yang terlatih menjadi hambatan besar dalam memberikan perawatan kesehatan yang optimal.  Melakukan Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk tenaga medis di daerah terpencil, agar mereka memiliki pengetahuan yang memadai untuk menangani berbagai jenis penyakit dan perawatan medis, baik penyakit umum maupun penyakit khusus yang sering terjadi di daerah tersebut. Dengan peningkatan kualitas tenaga medis di daerah-daerah miskin, masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat. Selain itu, ini juga mengurangi angka kesalahan medis akibat kurangnya keterampilan atau pengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline