Lihat ke Halaman Asli

Fan-fiksi: The Fault In Our Stars [bagian I]

Diperbarui: 7 Maret 2016   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Fan-fiksi: The Fault In Our Stars [bagian I]"][/caption]Hari ini adalah hari ke-100 sejak Augustus Waters meninggal.

Aku memandangi makam Gus yang kini gundukan tanahnya sudah rata dan ditumbuhi rumput muda. Di atas batu nisan itu tertulis Disini berbaring Augustus Waters. Kata-kata itu terus terngiang di dalam otakku bagai peringatan, dan peringatan itu membuatku sedih dari waktu ke waktu.

Aku tetap meyakinkan diri sendiri bahwa Gus selamanya tetap hidup di hatiku, diantara orang yang mencintainya. Kadang aku juga bertanya-tanya apakah Gus melihatku dari surga, seperti, melihatku membaca KLB, atau pergi ke mall bersama Kaitlyn, atau mungkin juga bermain Kontra dengan Isaac.

“Entah kenapa aku merasa bersyukur masih buta seratus hari yang lalu.” Kata Isaac, ia sudah memiliki mata robotnya sekarang. Isaac memegang bahuku.

“Karena aku tidak ingin melihat peti berisikan Gus yang kaku dimasukan ke dalam tanah.” Air mataku mulai menetes tapi aku segera menghapusnya.

“Maaf Hazel,” kata Isaac menurunkan tangannya dari bahuku.

“Tidak apa-apa, Isaac,”

Tadinya aku berniat untuk meletakan sebungkus Marlboro Lights disamping makam Gus, tapi alih-alih menaruhnya aku malah menyayangkan kenangan itu.

Mom datang ke arah kami berdua.

“Matahari hampir terbenam, aku tidak ingin bilang ini, tapi sebaiknya kita pulang.” Mom benar. Aku hanya menurut dan melihat makam Gus untuk sepersekian detik lagi sambil berbisik: Aku akan kembali nanti.

“Mau kubawakan kereta oksigenmu?” tanya Isaac.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline