Ada-ada saja bahasa yang digunakan anak-anak sekarang, banyak istilah-istilah yang dipadatkan alias disingkat penulisan katanya. Perlu dibaca dan dipikir ulang maksud dari chatingan yang ada supaya bisa paham dan tahu maksud dari lawan chat yang lagi dihadapi.
Seperti yang saya alami pagi ini (Jumat, 7/8), melalui media WhatsApp alias WA, saya chatingan sama anak pelajar yang masih aktif di bangku sekolah.
Baca juga: Dua Risiko Bahasa Gaul Anak Jaksel, yang Kedua Bikin Ngakak
Namanya Diva Maulana, ia aslinya orang Semarang, cuman sekarang domisili di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Pindah domisili karena ikut keluarga.
Kak Diva, saya akrab menyapanya. Kak Diva merupakan pelajar di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayah Jatibarang. Ia orangnya aktif diberbagai kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya Pramuka.
Sebenarnya saya belum pernah bertemu secara langsung dengannya. Kenal melalui sebuah WA Grup dan sering sharing melalui japri WA.
Seperti ia orangnya lucu dan unik, juga menyenangkan. Saya dan kak Diva rupanya juga tidak hanya tergabung dalam satu WAG, ada grup lain yang berbarengan.
Pagi ini ia mengajak saya membeli patch atau badge untuk menambah koleksinya. Maklum, Kak Diva memang tergolong orang yang suka mengoleksi Patch Kegiatan. Kali ini patch yang hendak dibeli cukup jauh tempatnya, Medan.
Baca juga: Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Generasi Z
Niat beli pun diurungkan karena saya sudah beli duluan, sudah lama juga belinya. Ia mengajak beli bareng untuk memangkas ongkos kirim (ongkir) yang tergolong mahal, maklum lah, kan lintas pulau.
Karena saya sudah beli kak Diva pun ubah rencana dengan membeli patch yang ada di saya, kebetulan saya dulu belinya lebih dari satu.