Plethokan Bambu merupakan salah satu jenis permainan tradisional anak-anak yang terbuat dari bambu berdiameter kecil. Plethokan bambu terdiri dari bagian laras dan penembak. Prinsip permainan ini adalah dengan menembakan peluru yang ada di dalam laras dengan mendorong penembak sekuat mungkin. Anak-anak biasanya menggunakan kertas yang dibasahi sebagai peluru maupun biji-bijian atau buah kecil yang berukuran hampir sama dengan bagian larasnya. Pada jaman dahulu Plethokan Bambu menjadi salah satu trend yang dimainkan anak-anak dari berbagai daerah. Oleh karenanya, Plethokan Bambu dikenal dengan berbagai macam nama lain seperti Babelotak oleh masyarakat Sunda, Tor Cetoran oleh masyarakat Jawa Timur dan Madura, Tulup oleh sebagian masyarakat Jawa Tengah.
Disisi lain permainan ini menggunakan prinsip-prinsip Fisika di dalamnya, baik dalam pembuatannya maupun cara memainkannya. Hal ini lah yang dilakukan oleh peserta didik SMA N 2 Purworejo. Peserta didik yang merupakan bagian dari generasi Gen Z ini terlihat antusias mempelajarinya. Bagi mereka permainan tradisional seperti ini sudah sangat jarang dijumpai. Point ini menjadi peluang untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Sebagian besar dari mereka belum pernah memainkannya. Tidak dapat dipungkiri seperti yang diketahui bersama bahwa Gen Z ini hidup di era teknologi. Mereka sangat akrab dengan gawai yang mereka miliki. Sebagai pengguna gadget addict, tentu membuat kegiatan bermain dan interaksi tatap muka diantara teman sebayanya menjadi sangat terbatas.
Selain sebagai wujud pelestarian warisan budaya, sekaligus peserta didik mempelajari prinsip "Pengukuran Fisika" yang terdapat pada Plethokan Bambu. Peserta didik praktik menggunakan alat ukur Jangka Sorong untuk mengetahui kesesuaian ukuran laras bambu dengan kayu penembak. Mereka juga berdiskusi mengenai Plethokan Bambu yang ideal berdasarkan prinsip-prinsip Fisika didalamnya. Dengan demikian, interkasi satu sama lain menjadi meningkat dan keterampilan belajarpun tetap berkembang.
Hal tersebut sekaligus sebagai upaya pengembangan karakter nilai-nilai Pancasila. Dengan mengkolaborasikan Plethokan Bambu dalam pembelajaran, kemampuan bernalar kritis peserta didik terasah. Secara mandiri, peserta didik menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam mengidentifikasi Plethokan Bambu yang ideal. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok ini membuat karakteristik berkebhinakaan global menjadi berkembang. Diskusi kelompok membuat peserta didik berinteraksi dan merespon pendapat peserta didik lainnya yang terdiri dari berbeda-beda latar belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H