Lihat ke Halaman Asli

Harta, Tahta dan Adab

Diperbarui: 4 Januari 2021   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillah, Alhamdulillah..
Assalamualaikum teman-teman, how was your day?
By The Way, Welcome back with me hihi kali ini kita mau diskusi mengenai hal yang sering sekali kita dengar atau pelajari. Yaps we'll talk about "Adab"


Teman-teman pernah mendengar tentang adabkah? Atau mungkin pernah membicarakannya? Dimana kamu membicarakannya? Di rumah? Di sekolah? Di kampus?


Sudah berapa kali kita bicara soal adab? Sudah berapa lama kita bicara soal adab? Dimana sj kita bicara soal adab? Dengan siapa saja kita bicara soal adab?


Sejak kecil orangtua kita sudah mengajarkan soal adab, masuk sekolah (RA, MI, MTS, MA) belajar adab lagi, sampai masuk perkuliahan kita masih belajar adab lagi?


Wah, sudah bisa ditebak dong ya betapa pentingnya adab? Sampai-sampai kapan pun, dimanapun dan dengan siapapun yang dibicarakan masih saja tentang adab?!


Ku yakin kita semua sudah tau.  Bahwa Ilmu yang kita dapatkan selama ini tidak ada nilainya jika tidak didampingi dengan Adab. Harta, Tahta, kecantikan/ketampanan, Ilmu dan semua yang dimiliki manusia bernilai 0 (nol), artinya sebanyak apapun kamu memilikinya nilai dirimu tetap saja 0 (nol). Sedangkan Adab memilki nilai 1 (satu), loh kok Cuma satu? Iya memang Cuma satu, tapi coba deh adab yang dimiliki tsb didampingi dengan Ilmu, Harta, Tahta dan yang lainnya, maka akan berubah menjadi nilai yang lebih tinggi. --Nasihat guruku di pondok tercinta.


Hari ini aku kembali belajar mengenai adab bersama dosen kami di perkuliahan. Adab yang dibahas kali ini bersumber dari kitab karangan KH. Hasyim Asy'ari yang berjudul "Adabul 'Alim Wal Muta'allim". Pembahasan kami saat ini sudah sampai pada Bab 3 -Adab Murid terhadap Gurunya-


Bab ke 3 ini membahas 13 macam Adab seorang Murid terhadap Gurunya..


Pertama : Seorang murid dianjurkan untuk beristikharah untuk menentukan kepada siapa ia akan berguru. Penulis memaparkan hendaklah mencari guru yang dapat menjadi panutan yang baik serta mampu berkasih sayang pada muridnya. Hal ini disesuaikan dengan riwayat dari sebagian Ulama yang mengatakan bahwa "Ilmu adalah Agama , maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil atau belajar Agama kalian."


Kedua, penulis meminta agar bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru. Carilah guru yang mendalami ilmu Syari'at, senang berdiskusi, serta termasuk orang yang dipercayai guru-guru pada zamannya. Imam Syafi'I juga pernah berkata "Barang siapa yang mempelajari Ilmu Fiqih hanya memahami makna-makna yang tersurat saja, maka ia telah menyia-nyiakan beberapa hukum"


Ketiga, patuhi dan turutilah apa yang dianjurkan dan dipesankannya kepadamu. Bangunlah hubungan yang baik sebagaimana hubungan seorang pasien terhadap doketernya. Perlu diketahui juga bahwa merendahkan diri dihadapannya adalah suatu kemuliaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline