Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Muallifir Ridho

Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor, Siman Ponorogo

Sholat Idul Adha 1445 H di Universitas Darussalam Gontor, Perbedaan yang Menjadi Sorotan

Diperbarui: 25 Juni 2024   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana pelaksanaan Sholat Idul Adha 1445 H. Difoto oleh: Ahmad Aqilah, Mahasiswa PRODI Manajemen UNIDA Gontor.

Siman, Ponorogo, 16 Juni 2024 -- Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) kembali menjadi pusat perhatian dengan pelaksanaan Sholat Idul Adha yang lebih awal dibandingkan dengan perayaan serupa di berbagai wilayah Indonesia. Sholat Idul Adha kali ini diimami oleh Al-Ustadz Assoc. Prof. Dr. Setiawan bin Lahuri, Lc., M.A., dan khutbah disampaikan oleh Al-Ustadz Dr. Phil. Alif Cahya Setiyadi, M.A. Kegiatan yang dimulai pukul 06.30 ini dihadiri oleh banyak warga yang antusias mengikuti perayaan di kampus UNIDA.

Pelaksanaan sholat juga dihadiri oleh Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, jajaran dosen, seluruh civitas akademika, karyawan, dan mahasiswa UNIDA Siman Ponorogo.

Perbedaan Pelaksanaan yang Berdasar Ijtihad

Setelah khutbah, Rektor UNIDA, Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., memberikan penjelasan dari Mimbar Rektor mengenai perbedaan waktu pelaksanaan Idul Adha di UNIDA. Beliau menjelaskan bahwa Pondok Modern Gontor dan UNIDA mengikuti metode hisab dalam menentukan hari raya, berbeda dengan pemerintah yang menggunakan metode ru'yah.

"Dalam Islam, perbedaan pendapat dalam hal ijtihadiah adalah sesuatu yang wajar dan diperbolehkan. Kita mengikuti perhitungan hisab yang selaras dengan pelaksanaan di Makkah, karena Yaumu 'Arafah di Makkah adalah patokan bagi kita," ujar Prof. Hamid. Beliau menegaskan bahwa perbedaan ini bukanlah masalah yang perlu diperdebatkan, melainkan bagian dari keberagaman dalam menjalankan syariat Islam.

Mimbar Rektor. Difoto oleh: Muallif, Mahasiswa PRODI Ilmu Komunikasi UNIDA Gontor.

Beliau juga menekankan bahwa perbedaan ini adalah perbedaan yang tingkatannya ijtihadiah, yang mana dalam Islam, ijtihad yang salah mendapat satu pahala, dan yang benar mendapat dua pahala. "Semoga qurban kita semua diterima oleh Allah SWT dan membawa berkah bagi kita semua," tutup Prof. Hamid dalam pesannya di Mimbar Rektor.

Rektor UNIDA juga mengumumkan bahwa tahun ini jumlah hewan qurban di UNIDA meningkat signifikan. Total hewan qurban yang terkumpul di UNIDA adalah 12 sapi dan 7 kambing. Hewan-hewan qurban ini akan dibagikan kepada masyarakat sekitar dan desa-desa binaan, menunjukkan komitmen UNIDA dalam berbagi dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Di kampus lainnya, seperti UNIDA Mantingan, terdapat 11 sapi dan 12 kambing. Sementara di Gontor Pusat, jumlah hewan qurban mencapai 36 sapi, 63 kambing, dan 2 kerbau. Total keseluruhan hewan qurban dari seluruh cabang Pondok Modern Gontor adalah 261 sapi, 383 kambing, dan 2 kerbau. "Alhamdulillah, ini adalah bentuk nyata dari semangat berqurban yang terus meningkat di lingkungan Pondok Modern Gontor," tambah Prof. Hamid.

Setelah keluar dari Masjid Jami UNIDA Gontor, Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., langsung didatangi oleh wartawan dari berbagai media. Wartawan menanyakan perihal pelaksanaan Idul Adha yang lebih awal di UNIDA. Prof. Hamid kembali menegaskan penjelasannya mengenai perbedaan pelaksanaan Idul Adha yang mengikuti metode hisab dan mengajak masyarakat untuk menghormati perbedaan ini sebagai bagian dari dinamika keberagamaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline