Lihat ke Halaman Asli

Tuan

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuan nyonya, yang kami hormati.
Kami banggakan dan kami cintai.
Berparas bangsawan dan bergelar dermawan.
Berpendidikan dan bermoral.
Yang diberkati Tuhan dan berkelimpahan.

Dengarkanlah suara kami.
Kami yang jauh dari Tuhan dan tak mengenal pendidikan.
Maafkan jika kalimat kami banyak yang sumbang.
Karena biaya pendidikan kami digunakan untuk beli makan.

Kami harap anda sempat menemui kami.
Berkunjung ke gubuk yang kami tinggali.
Beralaskan bumi dan beratapkan langit.

Maaf jika kami tak siapkan hidangan.
Untuk makan saja kami sering mengutang.
Kami buta aksara dan kurang ilmu pendidikan.
Maafkan jika kami tak sopan.
Jangankan gelar sarjana, tamat sekolah dasar saja kami senang.
Mari berbincang-bincang , tapi kami tak mengerti tentang kekuasaan.
Bantulah kami agar mengerti keadilan.
Karena anda lebih berpendidikan.

Kami memang membutuhkan uang.
Tapi kami lebih senang bila bisa hidup tentram.
Tak perlu hidup berkelimpahan.
Bisa tidur nyenyak dan berpendidikan saja kami sudah senang,
Kami tak punya uang, tapi kami mengerti kesetiaan.
Kami tak berpindidikan, tapi kami tahu mana yang benar.
Tak usah ditutup-tutupi dan tak usah sungkan.
Topeng apapun tak ada gunanya di hadapan Tuhan.

Jangan di dengarkan jika Tuan sibuk dengan pekerjaan.
Kami tahu bahwa Tuan lelah dengan semua kesibukan.
Tapi kami juga lelah tuan.
Lelah dibodohi oleh kemunafikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline