Lihat ke Halaman Asli

Agus Sujarwo

Founder Imani Foundation

Kaizen

Diperbarui: 11 Maret 2024   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

           Semakin ke tahun-tahun akhir ini, sama halnya dengan bidang lainnya, kita mendapati bahwa teknologi di bidang otomotif juga semakin berkembang. Salah satunya yang dikembangkan oleh Honda, pabrikan otomotif terkemuka asal Jepang. Honda telah menanamkan teknologi Ecological Drive Assist System atau Eco Assist ke dalam beberapa varian kendaraan mereka, seperti Honda Brio, Mobilio, dan BRV.

         Indikator eco yang biasanya berwarna hijau dan tampil di layar speedometer merupakan fitur canggih yang membantu pengendara untuk memantau cara berkendara; apakah efisien dan ramah lingkungan ataukah belum. Biasanya indikator ini muncul ketika laju kendaraan tidak melebihi 60 kilometer per jam dan rpm mesin tidak melebihi 3.000 rpm. Sederhananya, ketika indikator eco itu muncul maka sudah bisa dipastikan bahwa kita berkendara dengan cara yang ideal.

              Dalam budaya Jepang, upaya untuk terus-menerus berada dalam kondisi yang ideal atau terbaik ini dinamakan sebagai kaizen. Berikut adalah penerapan kaizen oleh orang-orang Jepang untuk mendapatkan lingkungan kerja mereka berada dalam situasi yang ideal, seperti indikator eco. Mereka menerapkan gerakan 5 S yang terdiri dari seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke. 

              Pertama, seiri atau artinya ringkas. Mereka memiliki kebiasaan untuk memilah barang mana, yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan dan sekaligus mencari penyebab keberadaan barang-barang tersebut.  Kedua, seiton, tidak sekadar menyimpan barang yang diperlukan, mereka juga memastikan meletakkan barang tersebut di tempat yang tepat.  

               Ketiga, seiso. Tidak sekadar menyimpan barang yang diperlukan, juga meletakkan di tempat yang tepat, mereka juga akan memastikan bahwa setelah menggunakan barang tersebut mereka tidak mendapati ada sisa-sisa atau remah-remah yang menjadikan ruang kerja mereka menjadi terlihat kotor dan berantakan. Keempat, seiketsu. Dapat diartikan sebagai cara untuk merawat barang-barang ataupun lingkungan kerja mereka sehingga dapat diperoleh situasi yang terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Kelima, shitsuke. Shitsuke lebih ke upaya seruan untuk terus menyemangati hal-hal baik yang pernah mereka lakukan, khususnya terkait dengan 5 S.

               Izzi (6 th) sudah dibiasakan untuk melakukan hal-hal kecil namun dengan cara yang benar. Ia hanya akan bermain satu jenis permainan dan menyimpan jenis permainan lainnya. Jika ia hendak berganti jenis permainan, ia akan menyimpan terlebih dulu mainan yang ia mainkan dan menukarnya dengan jenis permainan yang baru. Dengan hanya fokus pada satu bentuk permainan, akan memaksimalkan daya konsentrasi Izzi dalam bermain, meminimalkan adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, juga menunjukkan area bermain yang lebih tertata dan rapi.

             Dan uniknya, prinsip kaizen yang dibiasakan oleh Izzi ini tidak sebatas pada objek atau barang-barang, tetapi juga tindakan atau aktivitas. Izzi selalu membiasakan diri untuk hanya makan dengan menggunakan tangan kanan, makan dalam keadaan duduk dan tidak bersentuhan dengan gadget, salat berjamaah di masjid, hingga tidak pernah beranjak tidur malam kecuali dalam keadaan sudah berwudu. 

                Sahabat, saat kita meyakini bahwa satu perubahan besar dapat bermula dari satu perubahankecil, bukankah sebaiknya kita mulai melakukan perubahan kecil itu sekarang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline