Lihat ke Halaman Asli

Agus Sujarwo

Founder Imani Foundation

One Way Pole Position menuju New Zealand van Java

Diperbarui: 6 Desember 2022   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Memasuki awal Mei 2022, usia Honda Mobilio RS keluarga kami semakin mendekat ke angka tahun ketujuh. Itu artinya selama kurang lebih tujuh tahun, hampir ke mana pun kami pergi, senantiasa bersamanya. Termasuk ketika kami dua kali melibas jalur trans-Sumatera Jakarta -- Padang di tahun 2015 dan 2019 dan tiga kali menyusur trans-Jawa Jakarta -- Yogyakarta di tahun 2015, 2018, dan 2021. Keseluruhan perjalanan tersebut berlangsung dengan lancar.

Mobilio RS sangat tangguh di beragam medan, seperti jalanan berbatu di jalur Pematang Panggang -- Prabumulih, jalanan rata di jalur Tol Cipali, hingga jalanan menanjak terjal di jalur Kulon Progo, Yogyakarta. Tidak sekadar tangguh, Mobilio RS ini juga irit bahan bakar. Cukup dengan satu kali mengisi bahan bakar, kami sudah dapat menempuh perjalanan Jakarta menuju Semarang. Istimewanya lagi, belum genap satu tahun usianya, bersama Honda Mobilio RS kami pernah meraih Anugerah Konten Terbaik dalam kompetisi blog tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Pertamina.

Sabtu, 30 April 2022, selepas isya, kami sekeluarga sudah memasuki Gerbang Tol Karang Tengah, Ciledug untuk mudik Lebaran ke Purworejo, Jawa Tengah. Malam itu cuaca cukup cerah. Demikian halnya laju kendaraan yang melintas di sepanjang ruas tol dalam kota Jakarta juga terlihat ramai lancar. Meskipun begitu, suasana hati masih diselimuti kecemasan jikalau di tengah perjalanan nanti kami mengalami kemacetan.

Untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan saat arus mudik maupun arus balik tahun ini, pemerintah sudah mempersiapkan diri dengan memberlakukan program Contra Flow dan One Way. Contra Flow adalah sistem pengaturan lalu lintas yang mengubah arah laju kendaraan berlawanan dari arah normal. Sementara One Way adalah rekayasa lalu lintas dengan mengubah jalur yang semula dua arah menjadi satu arah. Bedanya, jika Contra Flow biasanya hanya satu lajur yang digunakan sedangkan One Way keseluruhan lajur yang digunakan.

Kecemasan yang kami rasakan itu ternyata menjadi kenyataan. Menjelang Gerbang Tol Cikatama, laju kendaraan mulai melambat. Ruas tol yang semula lengang kini dipadati oleh kendaraan di setiap lajur. Dari yang semula terlihat kendaraan-kendaraan pribadi, kini bermunculan kendaraan-kendaraan besar seperti bus-bus yang dipenuhi para pemudik. Ditambah adanya kendaraan-kendaraan yang mulai keluar dari ruas tol layang Mohammed bin Zayed (MBZ).

Masih dalam situasi seperti ini, saya melihat di sisi tol sebelah kanan yang merupakan ruas tol Cikampek -- Jakarta, tampaknya sudah diberlakukan Contra Flow. Satu per satu kendaraan terlihat melaju dengan lancar tanpa hambatan berarti di sebelah sisi ruas tol yang saya lewati. "Ah, andaikan," gumam saya. Sudah hampir 40 menit kendaraan kami berada dalam kepadatan kendaraan. Sesekali mobil bergerak dan sesekali mobil berhenti. Tidak lama kemudian di kejauhan terlihat Gerbang Tol Cikatama. Kami berharap selepas gerbang tol tersebut arus kendaraan mulai lancar. Saya pun mengarahkan mobil untuk berada di lajur terdalam ruas tol.

Sekitar 50 meter menjelang gerbang tol, persis hanya berselang satu mobil di depan saya, tiba-tiba terlihat dua orang petugas tengah membuka pembatas jalan sambil memberikan tanda agar kendaraan-kendaraan melalui lajur tersebut. "Perfect time!", gumam saya dalam hati, "Ini pasti One Way!" Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mobil yang kami kendarai menjadi mobil kedua yang memasuki ruas jalan yang baru saja dibuka malam itu. "Alhamdulillah, One Way, Nak!" saya berkata penuh semangat ke Izzi, putra semata wayang yang duduk di sebelah saya.

Masih seperti tidak percaya. Sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata ketika mendapati bahwa kami berada di starting grid paling depan sistem One Way yang diberlakukan malam itu. Kami pun mulai melintas terhitung dari KM 70 Cikatama menuju KM 414 Kalikangkung di Semarang dengan total jarak tempuh 344 kilometer. Itu artinya jarak yang kami tempuh berselisih 39 kilometer lebih jauh ketimbang yang dilalui oleh pebalap F1 Max Verstappen saat berlaga di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Desember 2021 silam. "Lapang ya, Nak," saya berbisik lirih ke arah Izzi yang rupanya mulai terlelap di kursi depan Honda Mobilio RS.

Jika tadi saya memutuskan untuk mengarahkan di lajur mendekati bahu tol, bisa dipastikan mustahil untuk bisa masuk ke jalur One Way yang pintu masuknya justru berada di sisi terdalam ruas tol. Atau jika saya bersikap tidak sabar untuk mengemudikan kendaraan, bisa jadi saat pintu ruas One Way dibuka, mobil kami sudah keburu melintas di ruas tol utama Cikampek menuju Kalikangkung. Dan itu berarti, sudah Contra Flow lewat, One Way juga hangus pula.

Seolah menikmati situasi langka ini, kami pun memanfaatkannya dengan beberapa kali beristirahat di rest area. Tentu untuk keperluan mengistirahatkan fisik ataupun beribadah. Dan memang agak sedikit merasakan sedikit ketidakbiasaan, saat kami masuk rest area justru dari arah pintu keluar rest area yang biasanya kami lewati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline