Lihat ke Halaman Asli

Agus Sujarwo

Founder Imani Foundation

Rene Suhardono

Diperbarui: 25 Mei 2022   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat sebelum pandemi, akhir pekan menjadi masa yang sangat dinantikan: berlari menyibak kabut pagi dengan dingin menusuk sejauh 3 kilometer dan kembali ke rumah menenteng satu eksemplar harian KOMPAS edisi akhir pekan. Di edisi ini, ada satu kolom yang dari sisi tata letak nyaris tenggelam di antara teks iklan yang ada. Dari sisi jumlah paragraf yang ditulis, bahkan tidak “selevel” kolom yang tampil di halaman opini harian ini. Meskipun begitu, saya selalu menyempatkan untuk membaca kolom yang ditulis oleh career coach Rene Suhardono ini.

Ada satu keunikan atau ciri khas dari setiap tulisan yang ia tulis. Hampir di setiap bagian akhir tulisan, Rene selalu mengutip ungkapan atau pepatah Latin sebagai penegas gagasan yang ia tuliskan. Nah, sekarang mari kita ilustrasikan. Saya akan mencari beberapa artikel dari beberapa harian nasional, mengguntingnya, dan memisahkan antara bagian judul dan bagian isi. Dengan kalimat lain, saya hanya mengumpulkan artikel-artikel tanpa menyertakan baik judul maupun identitas penulisnya. Kemudian saya akan membagikan keseluruhan artikel itu kepada Anda, dan meminta Anda untuk membaca scanning setiap artikel. Saat kemudian arah pandangan Anda tertuju pada salah satu artikel yang di bagian akhirnya terdapat sebuah ungkapan Latin, saya berasumsi Anda akan menautkannya dengan sosok Rene Suhardono. Berikut saya petikkan salah satu artikel yang pernah beliau tulis di kolom Ultimate harian KOMPAS.

“I am the Master of my Own Fate, I am the Captain of my Soul"

Begitu banyak “kebetulan” terjadi dalam hidup saya. Ada rangkaian kebetulan yang mengantar saya bertemu dengan ayah kandung untuk pertama kali setelah 28 tahun. Siapa bisa menyangka kalau supir taksi di kota Manila yang kebetulan berhenti di depan saya ternyata teman adik kandung ayah? Ada juga rangkaian kebetulan yang mengantar saya untuk bisa berbagi hidup dengan @yamunaa, istri saya. Saya tidak pernah menduga hobi membaca buku adalah jalan bertemu jodoh. Ada lagi kebetulan yang mempertemukan dan mengukuhkan silaturahim dengan sahabat-sahabat terbaik. Pertemuan awal dengan para sahabat selalu punya cerita “kebetulan” tersendiri. Diawali keinginan kuat untuk bisa bertemu orang-orang tertentu, tanpa disadari pertemuan terjadi dan persahabatan pun terjalin. Persahabatan saya dengan @mrshananto diawali dari kegemaran mendengar celotehan Wina di @hardrockfm. Perkenalan dengan idola saya @aniesbaswedan, penggagas gerakan IndonesiaMengajar, diawali dari kekaguman saya setiap kali melihat Mas Anies berbicara di televisi.

I shall never believe that God plays dice with the world-Albert Einstein. Apakah anda pernah memikirkan seseorang sedemikan rupa dan tanpa direncanakan bertemu orang tersebut keesokan harinya? Atau, mungkin Anda pernah mengalami hal berat dalam hidup –dipecat dari pekerjaan misalnya- untuk mendapati kemudian kalau itu adalah awal dari sesuatu yang baik? Coba telaah segala sesuatu yang terasa seperti kebetulan dalam kehidupan Anda. Apakah memang kebetulan terjadi secara acak atau menandakan sesuatu yang lain? Bagaimana dengan pilihan Anda membuka Kompas Sabtu dan membaca kolom ini? Apakah juga sekadar sebuah kebetulan belaka?

I am the master of my own fate – i am the captain of my soul. Kalimat yang saya jadikan judul dalam kolom hari ini adalah cuplikan dari puisi berjudul Invictus buah karya penyair Inggris : William Henley. Saya sendiri pertama kali mendengar kalimat dahsyat ini dari film berjudul sama yang “kebetulan” saya tonton lagi untuk ke sekian kali beberapa waktu lalu. Tanpa direncanakan, saya menonton Invictus saat sedang diterpa kelelahan setelah melalui hari yang panjang. Sekelumit kisah hidup Nelson Mandela, pesan kegigihan dalam membangkitkan semangat kebangsaan melalui olahraga bagaikan siraman air dingin di kepala.

Destiny is not a matter of chance, it is a matter of choice – William Bryan. Bisa jadi seluruh “kebetulan” adalah pesan dari peluang untuk memahami esensi hidup melalui pemahaman diri sendiri yang lebih baik. Selain itu, siapa lagi yang punya kemampuan mengirimkan pesan demikan selain Sang Pencipta?

We are the only person with the power to control our thoughts. Semua berawal dari diri sendiri. Semua dimulai dari segala hal yang dipikirkan dan dirasakan. “Kebetulan” bisa dipandang sekadar sebagai insiden yang terjadi secara acak tanpa maksud tertentu. Atau, “kebetulan” bisa dimaknai sebagai petunjuk menuju jalan utama kehidupan yang telah dipersiapkan. Syaratnya : buka mata, buka pikiran, dan buka hati.

Tidak ada seorang pun yang punya kemampuan menjadi apa pun yang diinginkan, tetapi siapa pun akan bisa menjadi apa pun yang dikehendaki Nya. 

Est autem fides credere quod nondum vides; cuius fidei merces est videre quod credis.

Ungkapan Latin ini menjadi penciri sekaligus pembeda tulisan-tulisan Rene dengan tulisan-tulisan para penulis lainnya. Inilah yang dinamakan pola, ciri, sekaligus pembeda tulisan seorang  Rena dengan tulisan karya orang lain. Tentu bagi seorang Rene, pemanfaatan bahasa Latin ini memberi kesan berbobot. Pun, seorang Rene bisa saja menerjemahkan bahasa Latin ini ke dalam bahasa Indonesia. Namun, dengan pertimbangan rasa bahasa, Rene justru lebih memilih menggunakan bahasa Latin apa adanya, yang secara tidak langsung juga mencerminkan karakter seorang Rene yang haus akan ilmu pengetahuan. Seperti kita tahu, bahasa Latin, bahasa Sansekerta, juga bahasa Arab identik dengan induk peradaban. Dalam konteks yang lebih luas, Anda tentu mengenal beberapa nama presiden yang pernah memimpin Republik Indonesia. Namun, saat Anda mendengar kata blusukan, akankah Anda menautkannya dengan nama Joko Widodo. Atau di dalam dunia olahraga sepak bola, Anda barangkali mengetahui banyak nama para pemain bola, khususnya di liga Eropa. Dan saat kemudian Anda mendengar kata tendangan pisang, mudah bagi Anda untuk menautkannya dengan nama David Beckham.

Pertanyaannya adalah, saat Anda memilih menjadi seorang pegiat seni ukir misalnya, karya seni seperti apakah yang dapat mencerminkan sesuatu yang unik dalam diri Anda? Saat Anda memilih menjadi seorang driver ojek online, sikap seperti apakah yang dapat mencerminkan sikap mengesankan dalam diri Anda dan sekaligus dapat membedakan Anda dibandingkan driver ojek lainnya? Saat Anda menjadi penulis, gaya penulisan seperti apakah yang ingin Anda tuliskan? Pun jika saat ini Anda adalah Ayah atau Ibu dari buah hati, sosok orang tua seperti apakah yang ingin Anda tampilkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline