Lihat ke Halaman Asli

Agus Sujarwo

Founder Imani Foundation

Bayang Wajah James Raymond Jordan

Diperbarui: 22 Februari 2022   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Michael Jordan dan Chicago Bulls ibarat sekeping mata uang logam. Bicara Jordan sepertinya juga harus bicara tentang Bulls dan bicara Bulls juga tidak akan lengkap jika tidak mengangkat sang legenda Michael Jordan.

Getaran cinta pertama Jordan pada bola basket tumbuh di lapangan belakang rumahnya di Wirmington, Carolina Utara ketika ia bertanding satu lawan satu melawan kakaknya, Larry. Dia sangat gembira dengan keberhasilannya mengalahkan sang kakak, yang sebelumnya selalu mengalahkannya. Sejak itu, kebiasaan Jordan untuk menghabiskan waktu berjam-jam di lapangan terus berlanjut hingga ia bermain di tim basket SMU, sebelum kemudian mengantarkannya menjadi sang mahabintang.

Perjalanan Jordan menjadi mahabintang ini tidak terlepas dari pengaruh orang-orang terdekatnya. Pertama, sang pelatih basket SMU, Dean Smith. Dean Smithlah yang membuat Jordan sadar bahwa tidak ada yang bisa dicapai tanpa kemauan menekan diri sendiri pada saat sulit, bahwa masalah kecil harus disisihkan untuk meraih satu tujuan yang lebih besar. 

Kedua, sang ayah, James Raymond Jordan. James berhasil menemukan keautentikan bakat yang dimiliki Jordan dan sekaligus tidak dimiliki oleh orang-orang lainnya, yakni bermain basket. James juga telah menanamkan nilai-nilai kompetisi dalam setiap sisi kehidupan Jordan.

 “Saya selalu berharap para pemain di liga selalu memiliki ayah di rumah untuk melihat bahwa mereka dapat menjadi orang yang lebih baik. Saya ingin menanamkan pengaruh ini terhadap anak-anak saya. Pahlawan saya adalah orang tua saya. Saya tidak dapat melihat orang lain sebagai pahlawan. Kadang-kadang ketika saya sedang berbicara dengan anak-anak saya, saya dapat mendengarkan suara ayah dan pelajaran berharga yang diajarkannya,” kenang Jordan.

Tidak sekadar menjadi bintang, tetapi juga menjadi bintang yang memiliki jiwa seorang ayah, itulah Jordan. James, disebutkan sebagai salah satu orang yang telah memfasilitasi Jordan hingga seperti sekarang. James menanamkan nilai-nilai keunggulan di dalam dirinya. Ia bertindak sebagai guru, trainer, mentor sekaligus coach bagi Jordan sampai ia masuk dalam lingkaran pemain profesional.

Cerita tentang kehadiran James dalam setiap pertandingan Jordan, yang disampaikan dalam biografi maupun film dokumenter tentang Jordan, Last Dance, menjadi bukti besarnya dukungan James sebagai seorang ayah. Melalui sosok ayah, Jordan memahami bahwa dirinya perlu berupaya agar kelebihannya mampu menjadi jalan meraih masa depan cemerlang. Upaya ini dilakukan dengan latihan serius, konsisten dan kontinyu, selama lima hingga enam jam setiap hari.  

Belajar  dari Jordan, memiliki dan berupaya keras untuk mendapatkan apa yang kita impikan adalah hal utama. Namun, cara kita dalam mendapatkan atau meraih impian juga sebuah hal utama yang layak untuk dipertimbangkan. Impian bisa dianalogikan sebagai satu hal kasatmata, sesuatu yang bisa disentuh, dilihat, bahkan disaksikan oleh siapa pun. Namun, cara untuk meraih impian ini, yakni jiwa dan semangat, hanya bisa dirasakan langsung oleh sang pemilik impian. 

Sebagai contoh kecil, bisa memberi sesuatu kepada orang lain, dalam bentuk apa pun, hampir merupakan cita-cita dan hasrat yang ada dalam diri kita. Mulai memberi dari yang kecil hingga yang besar. Dari memberi yang sedikit hingga yang banyak. Namun cara setiap kita dalam memberi bisa jadi berbeda. Memberi yang diiringi rasa sombong cenderung akan dipertontonkan di hadapan orang lain. Sebaliknya, memberi yang diiringi dengan rasa tulus kasih biasanya hanya melibatkan sisi emosional antara pemberi dan penerima.  

Saat mentari mulai bersinar, pergilah ke ruang-ruang terbuka yang bercahaya oleh pendar sinarnya. Anda bisa menuju permukaan rumput, tepian kolam renang, atau barangkali pinggiran jalan raya. Mulailah merasakan kehangatan sinarnya. Beberapa lama kemudian, pejamkan kedua mata Anda. 

Sekarang, hadirkan dalam pikiran Anda impian-impian besar yang ingin Anda raih. Bayangkan impian-impian itu sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Terakhir, bukalah kedua mata Anda. Arahkan pandangan ke atas permukaan tanah tempat diri Anda memiliki bayangan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline