[caption id="attachment_321907" align="alignleft" width="357" caption="Jefri (23),- kedua dari kanan - pengungsi asal desa Sukameriah (radius 2,4km dari gunung sinabung) sedang berbincang-bincang dengan warga lainnya dan petugas keamanan posko pengungsian. photo by : alley bamboes."][/caption]
“Saya dari desa SukaMeriah bang, 2,4 km dari gunung sinabung. Wah, saya rindu sekali dengan kampung” ujar Jefry (23), yang sudah mengungsisejak Agustus 2013. Terpaksa meninggalkan desa disebabkan Gunung Sinabung sudah tidak ramah lagi. Sejak agustus 2013hingga awal minggu February 2014, Sinabung sudah tercatat ratusan kali erupsi, mengeluarkan awan panas, lahar dingin dan melemparkan material berupa bebatuan dan debu. Akibat dari itu semua ladang dan perkampungan menjadi tidak layak untuk di huni dan ladang-ladang tak bisa menjadi mata pencaharian yang utama.
Jefry adalah salah satu pengungsi yang berjumlah 30.683 orang dari jumlah pengungsi erupsi gunung Sinabung. Kesemua jumlah itu tersebar di 42 titik penampungan pengungsi di daerah Kabanjahe menurut data Media Center Gunung Sinabung pada 8 Feb 2014. Kebanyakan menumpang di Mesjid-mesjid, Gereja-gereja, Sekolah-sekolah / Universitas dan Pasar tradisional.
Bahkan awan panas Sinabung, sempat menelan korban jiwa sebanyak 16 orang pada tanggal 1 februari 2014 yang lalu. Kabar itu sontak saja membuat para pejabat dari pusat sibuk wara wiri Jakarta – Kabanjahe. Dan itu membuat pihak keamanan dari warga dan TNI melakukan pengamanan di titik-titik akses yang sering dilalui oleh warga bila ingin kembali ke desa mereka yang beradius 3 km dari gunung. BNPB pada Agustus 2013 membuat pengumuman agar desa yang beradius3km dan 5 km dari gunung Sinabung harus mengungsi. Sinabung berstatus SIAGA hingga sekarang.
Menghabiskan waktu di pengungsian dengan tidak melakukan apa-apa, adalah hal yang tidak biasa. Sebab jefry sewaktu di kampung, selalu mengurus ladang dari pagi hingga petang. Beruntung baginya, sebab pemda Kab. Karo telah membuat program Cash for Work biasa mereka sebut PNPM, sehingga membuat mereka tidak terlalu jenuh. Mengikuti kegiatan tersebut, selain tidak jenuh di penampungan juga mendapatkan sejumlah uang. “Pemerintah Kab. Karo membuat program ini adalah untuk sementara, disebabkan para warga yang mengungsitidak memiliki pendapatan seperti biasa, melalui kegiatan ini, para warga yang terlibat dapat menyisihkan upahnya untuk kebutuhan pribadi sehari-hari. Namun setelah 3 desa yang beradius 3 km di relokasi, maka warga sudah bisa bertani lagi. Ya harapannya kehidupan warga kembali normal sedia kala. ujar Pak Yus selaku coordinator posko di lokasi lapangan futsal, champion arta, Sumbul. “Untuk tempat relokasi nya, kita belum tau, karena pemerintah yang bertanggung jawab terhadap program relokasi tersebut belum memberikan informasiyang jelas, yah kita menunggu sajalah” Ujarnya kembali.
[caption id="attachment_321911" align="alignleft" width="467" caption="Gunung Sinabung, telah menelan 16 korban jiwa. Photo by : alley bamboes"]
[/caption]
Sedangkan Jefry berharap agar pemerintah Kab. Karo untuk dapat mempercepat relokasi tempat tinggal mereka, sebab ia sudah ingin mencangkol dan menyemai bibit-bibit cabai di ladang yang baru. “Maunya kalo udah jelas ada relokasi, dipercepat aja, udah jenuh kali disini (dipengungsian.red), udah rindu kali awak dengan aroma tanah-tanah yang kenak cangkol sama semaian bibit cabai.” Kata nya.
Harapan Jefry mungkin saja segera terwujud, dan semua warga dapat hidup secara normal lagi. (alley)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H