Lihat ke Halaman Asli

Aldy M. Aripin

TERVERIFIKASI

Pengembara

[Mudasiana] Do Your Best

Diperbarui: 1 November 2015   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yang muda, yang berprestasi, manfaatkan masa muda sebaiknya | http://lombokpostfm.net"][/caption]Terlahir dari kelurga prasejahtera bukanlah musibah, karena banyak anak muda yang stress, tidak terima dan menyalahkan Tuhan karena terlahir dari orang tua miskin.  Idealnya, kondisi ini bisa dijadikan tantangan bagi diri sendiri untuk kemajuan dan keberhasilan sendiri pula.

Ayah saya, hanya buruh negara dengan golongan dua, ibu lahir dari keluarga penderes karet, peladang dan pendulang emas. Apakah saya menyesali keadàan ini? Ya, saya pernah menyesali diri mengapa harus terlahir dari keluarga miskin.

Ketika memasuki SMP, disinilah saya pernah merasa menjadi manusia pecundang, saya menyesali diri mengapa harus miskin, disaat teman-teman sibuk mematut diri dengan seragam baru, berjumlah lebih dari satu stel, saya harus puas dengan seragam putih biru dan pramuka masing-masing satu stel.

Beruntung saya punya orang tua yang mengerti anaknya, ibu tahu kalau saya tidak puas dengan hanya masing-masing satu seragam, sehingga kemudian beliau berjanji akan membelikan masing-masing satu stel lagi, padahal akhirnya saya tahu itu hanya janji yang tak mungkin ibu penuhi karena masih ada dua adik perempuan juga butuh seragam untuk sekolah.

 

Kerja Pertama Kali

Kerja pertama kali dan mendapat upah adalah bekerja ikut bibi menderes karet dan mendulang emas, ini dilakukan pada saat liburan sekolah.  Sistim pengupahan dihitung perhari, tidak kerja jangan harap dapat upah.  Ini saya lakukan saat kelas V SD, liburan  kenaikan ke kelas VI, libur selama 30 hari hanya menghasilkan Rp.2.000,00, seribu lima ratus rupiah upah menderes karet dan lima ratus rupiah upah mengangkut tanah yang mengandung emas untuk didulang.

Bertahun-tahun kemudian baru saya tahu, bahwasanya gaji saya berkerja dengan bibi itu luar biasa mahal, karena menghabiskan 50 persen pendapatannya. Pembayaran upah yang dimaksudkan hanya sebagai bentuk pembelajaran bahwa uang tidak datang dengan sendirinya, diperlukan perjuangan dan ketekunan dalam bekerja.

 

Diberhentikan dari Pekerjaan.

Setelah memasuki SMP, pada hari minggu ada kewajiban untuk mencari kayu bakar untuk keperluan ibu memasak, selain mencari kayu bakar juga mengisi drum air setiap siang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline